Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Gubernur Kalteng Anggap Kesetiakawanan Sosial Masih Terkoyak

  • Oleh M. Muchlas Roziqin
  • 20 Desember 2016 - 05:00 WIB

BORNEONEWS, Palangka Raya ' Gubernur Kalimantan Tengah Sugianto Sabran mengatakan, saat ini Indonesia masih dipertontonkan pada terkoyaknya jiwa sosial.  Elit politik sibuk bertengkar dan meninggalkan jiwa tenggang rasa  kepada masyarakat indonesia yang hal tersebut berdampak luas kepada rakyat termasuk di Kalteng. Lunturnya kesetiakawanan sosial menjadi gejala.

Ia juga menyampaikan persoalan lunturnya nilai Pancasila yang di dalamnya menanamkan semangat atau jiwa sosial, keadilan, kebhinekaan dan keragaman suku budaya dan agama. Pemimpin yang sudah mulai banyak meninggalkan rakyatnya dan seterusnya.

Penekanan tersebut disampaikan saat pidato dalam rangka ramah tamah dengan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa di Rumah Jabatan Gubenur Kalimantan Tengah, Senin (19/12/2016) malam.

'Banyak pemimpin negeri ini terutama elit di Jakarta mempertontonkan perbedaan yang dicuatkan ke publik yang memberi dampak ke masyarakat luas, khususnya jiwa persatuan dan gotong royong. Dengan peringatan HKSN ini diharapkan nilai-nilai sosial di masyarakat dapat tumbuh kembali untuk menjawab tantangan terkoyaknya jiwa sosial tersebut. sehingga perlu program dan perencanaan yang terintegrasi,' kata Sugianto.

'Tidak ada rasa sosial. Paling tersisa 30% saja jiwa sosial yang dimiliki. Tokoh nasional saling meghujat dan mengkritik. Iya, kalau kontrukstif atau membangun itu bagus, tapi kalau mengkritik untuk menghancurkan anak bangsa yang lain, ini merusak, ini ditunjukkan di Jakarta dengan vulgar. Mudah-mudahan ini dibahas dengan diskusi yang menarik,' sambungnya.

Sementara Menteri Khofifah mengatakan, rasa persatuan dan kesatuan terbangun sejak era kemerdekaan dan pasca kemerdekaan. Tokoh yang membangkitkan kesetiakawanan sosial kala itu adalah perjuangan Jenderal Besar Soedirman, yang pergerakkannya mendapat simpati  dan empati rakyat indonesia yang ikut berjuang demi mempertahankan bangsa dan negaranya.

Berikutnya, ketika era Orde Baru yang dikemas dalam berbagai acara dan program nasional untuk membangkitkan kesetiakawanan sosial. Hingga bergulir ke era reformasui, pun terus bergulir. Hanya saja nama program yang mengalami beberapa perubahan, namun intinya tetap yaitu menumbuhkan jiwa peka sosial dan lingkungannya serta membangun kegotongroyongan.

'Persatuan adalah soliditas, solidaritas dan kepekaan sosial antara warga negara. Itu yang harus kita bangun,' jelas Khiofifah.

Sementara pemandu diskusi, Karni Ilyas mengatakan, saat ini masih ada rasa dan kepekaan sosial meski harus melalui kejadian fenomenal. Contohnya, saat gempa dan tsunami Aceh, kepedulian masyarakat indonesia dari berbagai pulau lain atau provinsi lain terus mengalir bahkan terkumpul hingga Rp55 miliar. Begitupun saat gempa Padang dan Jogjakarta. Hal ini menurutnya masih ada jiwa sosial dari bangsa indonesia. (ROZIKIN/m)

Berita Terbaru