Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Drainase

  • Oleh Yohanes S Widada
  • 02 Maret 2017 - 19:12 WIB

BORNEONEWS, Palangka Raya - Curah hujan yang tinggi dalam sepekan terakhir telah menimbulkan persoalan di berbagai daerah. Banjir, longsor dan berbagai soal lain yang terkait dengan curah hujan ini diderita warga di berbagai daerah.

Di Kalimantan Tengah, hampir semua sungai yang ada, baik sungai besar maupun kecil, meluap. Akibatnya, permukiman warga yang berada di sepanjang aliran sungai, terendam banjir.

Tetapi ada pula daerah-daerah yang jauh dari sungai, juga terendam banjir. Terutama permukiman penduduk di pedalaman, daerah terisolir, daerah-daerah terpencil yang sekitarnya sudah berubah fungsi. Hutan-hutan yang menjadi daerah resapan air sudah berubah fungsi.

Banjir juga menjadi soal bagi daerah perkotaan. Yang paling mencolok adalah ibukota provinsi Kalimantan Tengah, yaitu Kota Palangka Raya. Kota yang diidamkan menjadi alternatif untuk ibukota negara ini selalu terbelit persoalan banjir setiap curah hujan tinggi.

Persoalan yang kasat mata yang selalu ditunding adalah buruknya drainase permukiman. Sehingga air dengan mudah menggenang, dan akhirnya merendam rumah-rumah warga.

Jika kita amati, drainase atau saluran pembuangan air dari rumah ke rumah, dari permukiman satu ke yang lain, tidak tertata dengan baik. Tidak saling terkoneksi. Jikapun terkoneksi, banyak diantaranya yang tertutup oleh sampah, tertutup oleh rerumputan atau semak dan tanah/pasir.

Di kawasan perumahan yang dibangun oleh developer, drainase pada umumnya cukup tersedia. Meski, tidak berfungsi dengan baik karena berbagai soal di atas. Tetapi di permukiman yang tidak dikelola oleh developer, drainasenya umumnya sangat buruk. Bahkan malah ada permukiman yang tidak memiliki drainase sama sekali.

Ketiadaan drainase di berbagai wilayah permukiman, ketiadaan interkoneksi antar jaringan drainase, mengakibatkan kota ini sangat rentan terendam banjir.

Celakanya, persoalan ini ditambah lagi tidak terkoneksinya jaringan drainase permukiman dengan drainase induk. Fakta menunjukkan, permukiman penduduk terendam, jalan-jalan tergenang, tetapi drainase induk yang lebarnya mencapai sekitar 6 meter dengan kedalaman 2 meter itu justru kosong.

Tidak ada jalan lain bagi daerah ini untuk keluar dari kemelut banjir. Kecuali munculnya inisiatif Pemerintah Kota, melalui Dinas Tata Kota dan seluruh jajarannya untuk melancarkan gerakan total membangun dan menyempurnakan drainase.

Jika gerakan total ini tidak dilakukan sekarang, maka kota ini akan terlibat persoalan drainase yang kian ruwet. Banjir akan selalu mengancam.

*)Editorial edisi cetak bisa dibaca di Harian Palangka Post

Berita Terbaru