BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Kegiatan memotret, bukan hanya dilakukan saat kondisi cahaya terang saja. Tetapi sering kali fotografer sengaja memotret dalam kondisi yang kurang cahaya atau low light.

Kondisi cahaya yang kurang inilah yang kadang menyulitkan fotografer untuk memperoleh hasil foto yang optimal. "Pengetahuan teknis dasar memotret yang dikenal dengan segitiga eksposure yaitu shutter/rana, aperture/bukaan lensa dan ISO atau kepekaan sensor terhadap cahaya harus dikuasai oleh fotografer," ujar Fadilah, penggemar fotografi di Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Brat (Kobar)

Ia secara singkat menjelaskan tentang segitiga eskposure tersebut. Dengan melambatkan shutter speed atau kecepaan rana, cahaya lebih banyak masuk ke kamera sehingga foto bisa lebih terang. Tetapi dengan melambatnya shutter speed, yang kadang lebih lambat dari fokal lensa, maka foto rentan menjadi blur lantaran goyangan tangan sang fotografer, ujarnya.

Ia mencontohkan,bila shutter speed 1/60 detik, namun fokal lensa 100mm, maka foto yang dihasilkan akan menjadi blur atau berbayang. Jika memotret subjek bergerak juga kita harus hati-hati dalam memilih shutter speed, minimal 1/200 detik untuk orang yang sedang berjalan," jelasnya.

Unuk membuat foto yang menggunakan shutter speed yang sangat lambat, lanjutnya, maka diperlukan alat tambahan agar kamera lebih stabil.

"Istilahnya slow speed, mlnya kecepatan rana diatur selama 30 detik. Agar tidak goyang selama memotret, letakkan kamera di atas tripod. Lebih baik lagi gunakan remot shutter atau alat untuk menekan shutter tanpa memegang kamera sehingga tidak ada goyangan sedikitpun," jelasnya.

Dengan shutter selama ini atau lebih lama lagi, maka kamera merekam gambar yang bergerak atau cahaya lampu perahu di sungai atau rumah yang tidak bergerak terlihat jelas dan tajam. (WAHYU KRIDA/B-2)