BORNEONEWS, Sampit - Buaya yang merupakan hewan dilindungi hingga saat ini masih terus mengancam warga yang tinggal di tepian Sungai Mentaya atau yang sering beraktivitas di daerah tersebut. Ini karena hewan buas tersebut sering muncul untuk berjemur di tepi sungai saat air sedang surut.

"Kalau air sedang surut, sering kami melihat buaya di tepi sungai, tepatnya di bekas guest house sebuah perusahaan kayu di Desa Ganefo ini, " ujar Rahmad, salah satu warga di desa tersebut, Selasa (6/6/2017).

Rahmad menerangkan, biasanya buaya tersebut berjemur pada siang hari. Hewan itu terlihat lebih dari satu ekor. Ada buaya berukuran besar, namun ada juga yang agak kecil.

Pemandangan seperti itu sudah sering dilihat masyarakat. Bahkan mereka saat ini seakan-akan sudah terbiasa dan tetap melanjutkan aktivitas di sungai tersebut. Namun aktivitas itu tidak seperti biasanya yang nekat di dalam air, namun hanya dengan perahu kelotok yang mereka miliki saja.

"Untuk aktivitas seperti biasa saja. Namun kami tidak berani untuk terjun langsung ke air, karena itu biss menjadi korban keganasan buays tersebut," terang Rahmad.

Sementara, sejauh ini belum ada laporan terjadinya serangan buaya terhada warga Desa Ganefo. Terakhir serangan buaya terhadap warga desa setempat terjadi tahun lalu. Saat itu korban selamat. Serangan terjadi di Sungai Lemiring, yaitu anak Sungai Mentaya yang melintasi Desa Ganefo. Walaupun begitu, masih ada saja yang nekat mandi di lanting.

'Saya lihat anak-anak masih banyak mandi di lanting, padahal buaya masih sering terlihat. Hal itu terjadi mungkin karena sudah cukup lama tidak ada serangan buaya, sehingga dianggap sudah aman dan rasa takut mereka sudah hilang,' kata Rahmad.

Warga berharap agar tidak ada lagi terjadi serangan buaya terhadap masyarakat. Sehingga merekapun bisa hidup lebih aman. (MUHAMMAD HAMIM/m)