Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Meski Bursa Saham Berpotensi Lesu, Saham SSMS dan LSIP Layak Dicermati

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 29 Januari 2019 - 14:46 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Memerahnya bursa global dan regional, membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi kembali terkoreksi pada perdagangan Selasa (29/1/2019).

Pada pembukaan perdagangan Selasa (29/1), indeks Nikkei (-0.52%) dan ASX 200 (-0.58%) melemah paling dalam, diikuti oleh KOSPI (-0.15%).

Faktor lain yang membayangi pergerakan bursa-bursa regional adalah antisipasi hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada Rabu (30/1/2019). Investor menantikan pendapat dari Gubernur the Fed terkait arah kebijakan moneter tahun ini.

Pelemahan bursa Asia tersebut merupakan ekses dari indeks-indeks Wall Street yang melemah signifikan awal pekan ini (28/1/2019), dibayangi oleh kekhawatiran perlambatan pertumbuhan ekonomi China.

Kekhawatiran ini dipicu oleh penurunan kinerja keuangan Caterpillar dan Nvidia yang salah satunya disebabkan oleh penurunan permintaan dari China.

Sebelumnya, China's National Bureau of Statistics mengumumkan penurunan industrial profit sebesar 1,9% year on year (yoy) di Desember 2018. Data-data di atas turut memicu pelemahan harga minyak dunia hingga 3% pada perdagangan Senin (28/1/2019).

Selain Wall Street, pelemahan juga dialami oleh mayoritas bursa di Eropa jelang voting terkait Brexit pada hari ini. Terjadinya koreksi pada IHSG ini juga didukung oleh terbentuknya death cross di overbought area pada indikator Stochastic yang merupakan sinyal minor bearish reversal.

"Berlanjutnya aksi jual investor asing dapat menjadi katalis bagi pelemahan IHSG pada hari ini. Diperkirakan IHSG menguji support di kisaran 6.420-6.440," kata Analis Phintraco Sekuritas, Valdy Kurniawan, dalam risetnya. 

Sementara untuk sepekan ini, Valdy memperkirakan IHSG cenderung sideways di kisaran 6.360-6.500. Hal ini didasari oleh kecenderungan sikap wait and see mengantisipasi data ekonomi global dan domestik, seperti inflasi, pertumbuhan ekonomi dan pengangguran.

"Meski secara umum diperkirakan melemah, namun investor dapat mencermati saham komoditas Crude Palm Oil (CPO), seperti PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS), PT London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP), PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) mengingat produksi CPO Desember hingga Maret diprediksi menurun dan meningkatnya ekspor Malaysia yang diperkirakan karena meningkatnya permintaan China jelang Tahun Baru China atau Imlek," ujarnya. (NEDELYA RAMADHANI/m)

Berita Terbaru