Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

KNKT Ungkap 9 Temuan dari Investigasi Kecelakaan Lion Air JT 610

  • Oleh Teras.id
  • 25 Oktober 2019 - 19:52 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Komite Nasional Keselamatan Transportasi atau KNKT akhirnya mengungkapkan laporan final hasil investigasi terhadap insiden kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 ke publik. Ada sembilan temuan yang diungkap KNT terkait dengan kecelakaan pesawat Boeing 737 Max 8 milik Lion Air, yang terjadi setahun silam.

"Pertama, desain dan sertifikasi pesawat jenis Boeing 737 Max 8 yang diproduksi oleh Boeing.co tidak sesuai dengan asumsi respons pilot terhadap manufungsi sistem," ujar Kepala Sub-bidang Komite Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo di kantor KNKT, Gambir, Jakarta Pusat, Jumat, 25 Oktober 2019.

Kedua, berdasarkan pada asumsi yang salah tentang respons pilot dan tinjauan tidak lengkap dari beberapa efek penerbangan, sistem Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS) pada sensor tunggal dianggap tepat dan memenuhi semua persyaratan sertifikasi.

Ketiga, MCAS pada Boeing 737 Max 8 dirancang bergantung pada sensor angle of attack atau AOA tunggal. Desain itu membuatnya rentan terhadap gangguan atau munculnya masalah.

Keempat, tidak ada panduan mengenai MCAS untuk pilot, bahkan saat mereka melakukan training. Maksudnya, pilot tidak mengenali sistem MCAS dalam penerbangan Boeing 737 Max 8.

Kelima, perangkat "AOA Disagree" tidak berfungsi pada Boeing 737 Max 8. Akibatnya, pilot tidak bisa melihat adanya AOA Disagree. Sehingga, pilot yang menerbangkan JT 610 sebelumnya dari rute Denpasar-Jakarta--sebelum kecekakaan--tidak melaporkan adanya AOA Disagree. Pilot hanya melaporkan adanya ketidaksesuaian antara AOA bagian kiri dan kanan.

"Pemberitahuan AOA juga tidak muncul selama penerbangan dengan sensor AOA yang salah dikalibrasi, tidak dapat didokumentasikan oleh kru penerbangan," tutur Nurcahyo. 

Keenam, pemasangan AOA sensor pesawat mengalami mis-kalibarasi atau ketidaksesuaian sebesar 21 derajat. AOA sensor ini, menurut Nurcahyo, memang sudah dipasang di pesawat milik Lion Air Group, yakni Malindo Air namun mengalami kerusakan dan dikirim ke bengkel. Setelah diperbaiki, AOA ini dikirim kembali ke Batam. Saat dikirim kembali, miskalibrasi ini tidak terdeteksi.

"Ketujuh, saat pemasangan AOA sensor di Bali, kita tidak bisa lihat apakah AOA sensor sudah dilakukan dengan benar. Miskalibrasi ini yang kami lihat tidak bisa terdeteksi sehingga kami tidak bisa menentukan apa pemasangan ini sukses atau tidak," Nurcahyo menjelaskan.

Kedelapan, pilot Denpasar-Jakarta tidak melaporkan log perawatan mengenai stick shaker dan penggunaan prosedur non-normal runaway stabilizer pada penerbangan sebelumnya. Sehingga, tidak tercatat pada buku catatan penerbangan.

Berita Terbaru