Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Setumpuk Pekerjaan Rumah Dirjen Pajak Baru

  • Oleh Teras.id
  • 30 Oktober 2019 - 23:50 WIB

TEMPO. CO, Jakarta - Sosok Direktur Jenderal Pajak atau Dirjen Pajak yang akan dilantik pada esok hari dipastikan bakal memikul beban yang sangat berat. Terlebih jika memperhatikan ketergantungan yang sangat besar terhadap sektor perpajakan sebagai penerimaan utama dan menambal defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN saat ini.

Direktur Riset Center of Reform on Economy, Piter Abdullah Redjalam, berharap Dirjen Pajak terpilih—untuk menggantikan Robert Pakpahan yang memasuki masa pensiun pada akhir Oktober ini--benar-benar menguasai ilmu perpajakan. Ia juga diharapkan tak terkait dengan partai politik tertentu.

Piter juga menggarisbawahi bahwa Dirjen Pajak yang baru harus fokus bekerja secara profesional dan bertanggungjawab dengan kesadaran penuh akan beban berat dari tugasnya. Terutama karena ada pekerjaan berat yang menantinya di bidang perpajakan, di tengah kondisi perekonomian yang makin lesu.

Salah satunya bisa dengan menuntaskan program pengampunan pajak beberapa tahun yang lalu agar tidak membebani konsumsi dan investasi ke depan. Pasalnya, kata Piter, saat ini konsumsi dan investasi domestik dalam tiga tahun terakhir cenderung tertahan di kelompok orang-orang kaya.

"Dugaan saya terkait dengan tax amnesty yang menurut pandangan saya tidak cukup jelas ujungnya," kata Piter kepada Tempo, Rabu, 30 Oktober 2019. "Mereka yang tidak ikut tax amnesty yang kita ketahui cukup banyak bagaimana perlakuannya, bagaimana dengan ancaman sanksi yang dulu santer digaungkan saat tax amnesty?"

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan telah mengantongi nama sosok Pengganti Robert Pakpahan sebagai Dirjen Pajak. Sebabnya, Robert akan memasuki masa pensiun pada akhir Oktober 2019.

Calon pengganti Robert Pakpahan sebagai Dirjen Pajak belakangan ini telah mengerucut ke nama Suryo Utomo yang saat ini menjabat Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Kepatuhan Pajak. Padahal sebelumnya sedikitnya ada dua nama lainnya yang disebut-sebut ikut berpeluang memperebutkan kursi panas tersebut.

Kedua nama calon Dirjen Pajak lainnya adalah Staf Ahli Bidang Peraturan dan Penegakan Hukum Pajak Kementerian Keuangan Awan Nurmawan Nuh dan Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan Astera Primanto Bhakti.

Soal kebutuhan menambal defisit yang makin besar itu sebelumnya sudah disampaikan Sri Mulyani pada pertengahan September lalu. Ia mencatat adanya kenaikan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga akhir Agustus 2019 mencapai angka Rp 199,1 triliun atau 1,24 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). "Ada kenaikan defisit yang cukup besar yaitu 32 persen," ujarnya saat itu.

Adapun target defisit pada APBN 2019 adalah sebesar 296 triliun. Artinya, defisit hingga akhir Agustus tersebut mencapai 67,2 persen. Sedangkan pada periode serupa tahun lalu, realisasi defisit APBN mencapai Rp 150,5 triliun atau 1,02 persen dari PDB. Artinya, defisit pada periode ini tercatat lebih tinggi ketimbang 2018.

Berita Terbaru