Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Arus Penerbangan Nasional Belum Separuh dari Kondisi Normal

  • Oleh Teras.id
  • 22 Agustus 2020 - 08:00 WIB

TEMPO.CO, Jakarta – Hantaman pandemi Covid-19 membuat dua perseroan pengelola bandara menata ulang kapasitas operasional agar sesuai dengan volume penerbangan di masa transisi menuju kebiasaan baru alias new normal.

Presiden Direktur PT Angkasa Pura II (persero) Tbk, Muhammad Awaluddin, mengatakan skema kategorisasi operasi yang diterapkan sejak masa larangan mudik Lebaran lalu akan berlaku secara permanen di seluruh bandara untuk menghemat pengeluaran. “Layanan bandara akan disesuaikan dengan traffic yang ada, ini cara yang baru kita pelajari setelah ada pandemi,” ucapnya kepada Tempo, Sabtu 22 Agustus 2020.

Menurut dia, operasional bandara dibagi menjadi Normal Operation, Slow Down Operation, serta Minimum Operation level 1 dan 2. Saat ini, hampir semua dari total 19 bandara Angkasa Pura II berstatus Minimum Operation level 1, karena volume layanannya hanya sebatas 42-45 persen dari masa normal sebelum pandemi, bahkan lebih rendah dari itu.

Frekuensi setidaknya harus pulih hingga 50 persen volume agar kembali berstatus Slow Down Operation. Hanya Bandara Kertajati di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, yang bestatus minimum Operation Level 2  alias dibuka tanpa aktivitas penerbangan. “Sekarang kami lebih fleksibel mengatur jam operasi dan sumber daya di setiap lokasi,” ucap dia. “Kalau dulu, sepi tak sepi semua bandara dibuka dengan kapasitas full.”

Penambahan dan pengurangan kapasitas, temasuk pemindahan slot penerbangan antar bandara, menurut Awaluddin bisa terus berubah sesuai lalu lintas pesawat dan penumpang di setiap daerah. Slot penerbangan berjadwal untuk pesawat berjenis jet di Kertajati, misalnya, untuk sementara ini dikembalikan ke Bandara Husein Sastranegara Bandung karena tak lagi diterbangi satupun maskapai.

Slot untuk pasar penumpang Bandung itu dialihkan manajemen Angkasa Pura II pada pertengahan 2019 untuk menumbuhkan animo penerbangan kawasan Majalengka. Namun, situasi tahun ini berkata lain. “Kertajati kami siapkan saja untuk embarkasi bila nanti kegiatan haji dan umroh sudah pulih,” tutur Awaluddin.

Dari semua bandara Angkasa Pura II, dia melanjutkan, hanya Soekarno-Hatta di Tangerang dan Bandara Kualanamu di Medan yang kini mendekati status ‘Slow Operation’. Arus pesawat Bandara terbesar Indonesia itu sudah mencapai 500 penerbangan per hari atau hampir separuh volume normalnya yang berkisar 1.100-1.200 flight per hari.

Volume penerbangan Bandara Kualanamu pun mulai pulih hingga 40 persen dari normal. “Kami harap traffic di bandara Pekanbaru dan Palembang juga bisa ditumbuhkan kembali,” ujarnya.

Tak jauh berbeda, Sekretaris Perusahaan PT Angkasa Pura I (persero) Tbk, Handy Heryudhitiawan, mengatakan perseroannya pun menyesuaikan kapasitas bandara dengan tingkat permintaan yang ada. Namun, dia mengklaim tak ada satupun dari 15 bandara Angkasa Pura I yang berada di level Minimum Operation. “Kami justru meningkatkan proyek pengembangan di beberapa lokasi,” ucapnya.

Beberapa proyek utama yang berjalan, antara lain perluasan terminal 1 Bandara Sultan Hasanuddin di Makassar. Ada juga pemanjangan landas pacu dan penambahan daya tampung terminal Bandara Lombok di Nusa Tenggara Barat hingga 7 juta penumpang per tahun. Perusahaan pun menggelar kampanye Safe Travel di tiga bandara untuk merangsang calon penumpang agar mau terbang lagi.

Berita Terbaru