Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Kala TNI Manunggal Wujudkan Cita-Cita Rakyat di Pelosok Pulau Hanaut

  • Oleh Muhammad Hamim
  • 16 Oktober 2020 - 01:45 WIB

BORNEONEWS, Sampit - Senyum manis terlihat nampak dari seorang pria bertopi dan berkulit sao matang, saat pandangannya tertuju kepada sejumlah anggota TNI dan beberapa warga desa. Yang nampak bercanda disela-sela melicinkan kayu dan menyiapkan bahan bangunan lainnya. 

Dirinya berdiri tepat di depan seorang anggota TNI tersebut. Terpisah sekitar 5 meter, sejumlah TNI lainnya sedang bekerja untuk berupaya merenovasi Mushola Al Hidayah di Desa Bapinang Hulu, Kecamatan Pulau Hanaut, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim). 

Panasnya matahari pagi yang terasa sudah mulai menyengat kulit, tidak menyurutkan niatnya untuk bertahan di lokasi tersebut. Dirinya tetap sibuk saja melihat sesambil berbincang dan membantu anggota TNI yang juga sibuk merenovasi bagian-bagian mushola. 

Sesekali juga, senyumnya berubah menjadi tawa. Ketika sejumlah TNI dan warga lainnya bercanda tanpa ada perbedaan kasta atau jabatan. 

"Saya lagi membantu bapak-bapak ABRI, membangun mushola kami," ujar lelaki bernama M Dehen.

Pria berusia 40 tahun merupakan warga Desa Bapinang Hilir, yang merupakan salah satu desa terpencil di wilayah Selatan Kotim. Jarak tempuh dari Kota Sampit melalui jalur darat sekitar 40 km.

Setelah itu, dilanjutkan kembali menyebrangi Sungai Mentaya, yang lebarnya sekitar 1 KM, menggunakan perahu kelotok dan membutuhkan waktu sekitar 15 menit.

Mushola Al Hidayah sendiri merupakan bangunan yang sudah cukup lama berdiri. Kondisi warna tembok yang usang, pelapon yang rusak, dan sebagian dinding berbahan kayu yang lapuk menjadi pemandangan utama pada bangunan berukuran panjang 6,50 meter dan lebar 6,50 meter tersebut. 

Sejumlah dinding bagian depan mushola tersebut juga bolong. Hingga harus ditambal dengan kayu seadanya. Alhasil, jika hujan deras turun, tidak jarang air membasahi hingga ke dalam ruangan. 

Meskipun kondisi yang kurang layak untuk dijadikan tempat ibadah, namun warga tetap saja menggunakannya. Karena mereka tidak ada dana untuk memperbaiki, dan mushola atau masjid lainnya cukup jauh dari desa mereka.

Berita Terbaru