Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Menilik Strategi Jitu Indonesia Hadapi Inflasi Global

  • Oleh ANTARA
  • 27 Agustus 2022 - 13:20 WIB

BORNEONEWS, Jakarta - Ancaman inflasi global masih menghantui sejumlah negara dipicu konflik bersenjata berkepanjangan Rusia dan Ukraina yang pada akhirnya memengaruhi kenaikan harga pangan dan bahan bakar.

Secara fundamental, ekonomi Indonesia sebenarnya termasuk tangguh untuk menghadapi ancaman inflasi global. Namun tetap membutuhkan kewaspadaan mengingat sistem ekonomi yang terhubung secara global sehingga apa yang terjadi di luar negeri, dampaknya bakal dirasakan juga di dalam negeri.

Paling dirasakan adalah perdagangan luar negeri yang bakal rentan terpengaruh dengan kondisi global. Di sini penting lebih jeli menentukan komoditas-komoditas yang menjadi unggulan agar Indonesia tetap bertahan di tengah tekanan daya beli luar negeri yang mengalami penurunan.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam Market and Investment Outlook 2022 mengatakan strategi dan mitigasi menjadi hal paling penting dalam menghadapi inflasi global.

Juga menekankan pentingnya mengambil langkah-langkah antisipasi mengingat kondisi perekonomian Indonesia sangat terpengaruh oleh kondisi perekonomian global.

Kondisi inflasi di Indonesia, sejauh ini memang masih relatif lebih baik dibanding negara berkembang lainnya, bahkan dibanding negara anggota G20 yang saat ini tengah berjuang mengendalikan inflasi sebagai dampak kenaikan biaya energi dan pangan.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2022 diperkirakan masih mampu mencapai target 5,2 persen. Optimisme itu merujuk pada pertumbuhan ekonomi kuartal kedua yang mencapai 5,44 persen.

Menghadapi ancaman inflasi global itu, pemerintah telah menerapkan sejumlah program untuk mengendalikan inflasi pada paruh kedua 2022.

Pemerintah melalui Kementerian Keuangan bersama Bank Indonesia serta sejumlah pemangku kepentingan sudah menyiapkan berbagai langkah strategis untuk mengantisipasi lonjakan inflasi terkait rencana kenaikan harga BBM.

Dari arahan Menko Marinves tersebut maka penting bagi pengambil kebijakan untuk mewaspadai efek inflasi global yang dampaknya juga bakal dirasakan pelaku ekonomi di dalam negeri. Pemerintah perlu memfokuskan kebijakannya kepada pemulihan ekonomi terutama menjaga daya beli masyarakat dan memastikan investasi tetap terealisasi.
Peran perbankan

Di tengah ancaman inflasi global, sektor perbankan memiliki peranan penting terutama untuk menjaga fungsi intermediasi yakni menjembatani antara pemilik dana dengan sektor yang membutuhkan dana agar membuat ekonomi tetap berjalan.

Terkait hal itu Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi menyatakan kondisi likuiditas dan fungsi intermediasi perbankan domestik saat ini masih terjaga dalam level baik.

Kendati demikian, potensi peningkatan Giro Wajib Minimum (GWM) Bank Indonesia pada September 2022 tetap perlu dicermati.

Kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter dan suku bunga acuan dengan menaikkan BI-7 Day Reverse Repo Rate (DRRR) sebesar 25 basis poin menjadi 3,75 persen juga dinilai sudah sejalan dengan strategi pemulihan ekonomi Indonesia setelah pandemi.

Pihaknya memastikan akan terus melakukan evaluasi dan kajian terkait dinamika kondisi makroekonomi sehingga dapat melakukan langkah strategis untuk bersama-sama senantiasa mendukung pemulihan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Tak hanya perbankan, di tengah ancaman inflasi global ini, perusahaan manajemen investasi juga mengambil peranan penting untuk mendorong investasi di pasar modal tetap langgeng yang pada akhirnya ikut mendukung stabilitas ekonomi Indonesia.

Untuk sektor investasi, Direktur Utama Mandiri Investasi Aliyahdin Saugi menjelaskan dalam menyikapi dan melakukan strategi di tengah kondisi IHSG yang fluktuatif dalam mengelola aset tidak bersikap reaktif, namun sudah mengantisipasi kondisi pasar seperti yang terjadi sekarang dengan cara menyiapkan produk-produk sesuai dengan kebutuhan investasi nasabah.

Tentu dengan kondisi dinamis (volatile), pihaknya memastikan tidak akan berpengaruh terhadap investor yang memiliki wawasan berjangka panjang, namun untuk investor jangka pendek dan menengah yang lebih disarankan untuk mengalokasikan ke aset pendapatan tetap atau pasar uang.

Sebagai negara dengan pasar berkembang, manajer investasi selalu berpegang kepada stabilitas ekonomi stabil dan kekuatan struktur fiskal agar dana yang dititipkan investor tetap prospektif.

Berita Terbaru