Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Sulitnya Mengolah Bubur Baning Adat Kotawaringin

  • 29 Februari 2016 - 21:37 WIB

SALAH satu hidangan yang disajikan sebagai santapan dalam upacara khitanan dengan adat Kotawaringin adalah bubur baning.

Bubur yang dikenal dalam bahasa Banjar sebagai kokoleh ini tampak menjadi makanan favorit warga yang menghadiri khitanan adat Kotawaringin yang digelar Himpunan Juriat Kotawaringin, di Istana Mangkubumi, Pangkalan Bun, Minggu (28/2/2016) lalu.   

Namun, tahuhkah Anda, sebelum bubur berwarna hijau yang diberi kuah air gula merah ini dinikmati banyak orang, ternyata ada orang yang harus bersusah payah untuk memasaknya. Ya bersusah payah.

Utin Arbainah (55), warga Jalan Pakunegara, RT 12 Kelurahan Raja Pangkalan Bun, itu harus mengerjakan penganan tradisional itu sejak pukul 03.00 dini hari. Dibantu beberapa anggota keluarganya, di antaranya Gusti Abdul Rahman, ia secara bergantian mengaduk adonan bubur itu pada sebuah kuali besar di halaman belakang Istana Mangkubumi.

'Bahan bakunya sebenarnya sederhana, yaitu 10 kilogram tepung beras dicampur dengan santan, daun pandan serta pewarna makanan yang dicampurkan kemudian ke dalam wajan besar,' jelasnya sambil mengaduk bubur menggunakan adukan yang mirip sebilah dayung itu.

Bahan bakunya sederhana memang. Namun proses memasaknya rumit. Adonan bubur harus terus diaduk hingga kental kalis. Saat ditemui Borneonews sekitar pukul 07.00 WIB, Minggu (28/2/2016) pagi, perempuan itu masih tampak sibuk mengaduk bubur.

'Sepertinya bubur ini masih belum kalis. Harus ditambah air. Pasalnya adonan terasa masih kurang air dan tidak lembut.

Penambahan air inilah yang membuat waktu pengadukan bertambah lama. pengadukan berfungsi agar jangan sampai ada bagian bubur yang gosong. Selain itu, api yang digunakan untuk memasak harus diatur tidak boleh terlalu besar,' ujarnya.

Sekitar pukul 07.30 WIB barulah adonan bubur tersebut dianggap sudah kalis dan siap untuk dihidangkan dalam acara yang menjadi puncak kegiatan Pekan Budaya Adat Raja Bosar 2016 itu. 'Saat dihidangkan, adonan tepung beras bersantan tersebut kemudian disiram dengan kuah yang terbuat dari gula merah,' pungkasnya.

Bubur baning hanya salah satu penganan yang disyaratkan dalam acara itu. Selebihnya masih banyak penganan lain, mulai dari berbagai jenis nasi (lemang, nasi kuning) hingga 40 jenis makanan lainnya. 

(WAHYU KRIDA/B-10)

Berita Terbaru