Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Keselamatan Penerbangan Bandara H Asan Sampit Terganggu

  • 18 Maret 2016 - 14:11 WIB

BORNEONEWS, Sampit - Keselamatan penerbangan di Bandara H Asan Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, terancam terganggu akibat pemadaman listrik hampir tiap hari. Alat pantau cuaca yang jadi patokan maskapai mati.

"Kami tidak berani menjamin keselamatan penerbangan di Bandara H Asan Sampit akan aman sepenuhnya. Sebab peralatan pemantau cuaca tidak dapat berfungsi dengan maksimal, bahkan sering mati," kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandara H Asan Sampit, Yulida Warni, Jumat (18/3/2016).

Gangguan peralatan pemantau cuaca tersebut akibat tidak stabilnya pasokan listrik ke BMKG sehingga peralatan tersebut sering mati mendadak.

Pantauan cuaca sangat penting sebab hal itu harus selalu diinformasikan oleh pihak bandara kepada pilot menjelang kedatangan pesawat. Akibat peralatan itu mati maka secara otomatis kondisi cuaca tidak dapat diinformasikan.

Terhambatnya pasokan listrik akibat pemadaman tersebut sebetulnya telah dilaporkan ke pihak PT PLN Ranting Sampit. Namun hingga kini belum ada respon baik dari pihak PLN.

"Kami sudah pernah melayangkan surat ke PLN Sampit dan saya pun ketemu dengan Manajernya langsung pak Ginter. Saya minta saat itu PLN tidak memadamkan listrik ke BMKG khusus satu jalur itu saja, karena disini alat vital pemantau cuaca yang juga jadi patokan maskapai dan pihak bandara. Dulu pernah saat kepala PLN Sampit pak Suyanto kami meminta agar tidak dipadamkan satu jalur ke BMKG, permintaan kami dikabulkan. Nah pas kepalanya yang sekarang tidak mau," kata Yulida.

Namun masalah itu justru dilempar ke pemerintah daerah. Padahal permintaan pihaknya sederhana yakni tidak memadamkan satu jalur ke kantor itu saja. Permintaan itupun tidak untuk kepentingan BMKG, tapi demi pemantauan cuaca yang sewaktu-waktu sangat dibutuhkan oleh para pilot untuk mendarat di Bandara H Asan Sampit. Alat pemantau cuaca itu semuanya menggunakan tenaga listrik.

Yulida mengakatan, meski sudah ada tiga unit genset berkapasitas masing-masing 5.500 Watt, namun dengan kebutuhan listrik yang mencapai 16.000 KWH tidak mampu menghidupkan listrik.

Masalah inipun akan dilaporkannya ke Bupati Kotim, karena masalah ini merupakan kepentingan orang banyak dan keselamatan penerbangan. Karena jika alat itu mati, maka pengamatan cuaca dilakukan secara manual dan itu tidak akurat, sehingga dikhawatirkan akan pengaruhi keselamatan penerbangan.

"Suratnya semua sudah siap, nanti kalau pak bupatinya ada di Sampit saya langsung menghadap. Meminta solusi agar masalah ini bisa dibantu. Kasihan nanti kalau terjadi apa-apa dengan penerbangan di Sampit," ujarnya. (RAFIUDIN/m)

Berita Terbaru