Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Mendengar Kisah Kerelaan Petugas Kesehatan di Arut Utara

  • 21 Maret 2016 - 21:35 WIB

PANGKUT - Delapan petugas Puskemas Sambi, Kecamatan Arut Utara ini patut mendapat apresiasi. Dalam menunaikan tugasnya sebagai petugas kesehatan, mereka rela saban hari melintas jalan berlumpur dan licin. 

'Saya sudah 20 tahun bertugas di Kecamatan Aruta. Sudah biasa melewati jalan seperti itu,' cetus kepala Puskesmas Sambi, Ahmad Yani kepada Borneonews, Senin (21/3/2016).

Ia mengungkapkan, meski ditugaskan di kecamatan yang paling ujung dan tertinggal, Ahmad Yani bersama petugas kesehatan lainnya tetap bekerja secara profesional. Dalam satu bulan, mereka selalu menyambangi desa-desa yang notabene jarak tempuhnya 10 hingga 20 kilometer. 

Selain jauh, kondisi jalan sangat menghawatirkan. Tak jarang mereka harus rela turun dari mobil dan mendorong kendaraan karena kendaraan mobil operasional puskesmas yang mereka tumpangi sering mogok terjebak dalam kubangan lumpur.

'Dari Desa Sambi ke Desa Panahan jaraknya sekitar 20 kilometer, jalannya ya tanah semua, lumpur. Kalau tidak memungkinkan untuk pulang, kami tidur di rumah warga,' tutur Ahmad Yani.

Foto kondisi jalan saat mereka terjebak di jalan yang berlumpur dengan keadaan mobil mogok sempat diposting oleh admin Puskesmas Sambi di media sosial  Dalam keterangannya, para petugas harus rela mendorong untuk mengidupkan mobil. Berjam-jam mereka terjebak di jalan yang berlumpur dan sulit untuk dilalui, ditambah kondisi mobil mati mesin. 

'Puskesmas Sambi hendak ke desa malah ambulans mogok di hutan. Sudah setengah perjalanan. Hampir saja menginap di hutan.

Tapi bersyukur setelah berjam-jam bisa kembli hidup. Semangat Puskesmas Sambi. Yang kerja di kota sama di desa tetap saja disamakan,' tulisnya.

Ahmad Yani mengakui jika petugas sering terjebak dalam kondisi yang sulit. Jauh dari pemukiman dan jarang ada kendaraan yang melintas sehingga sulit ketika membutuhkan bantuan. Tak jarang juga saat sampai di desa tujuan, pakaian yang mereka kenakan dipenuhi lumpur. 

'Tidak ada lagi harapan kami satu-satunya yakni ingin jalan penghubung desa ini nyaman untuk dilalui.' (CP/B-12)

Berita Terbaru