Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Keluarga yang Kehilangan Sosok Ayah

  • Oleh ANTARA
  • 23 Mei 2023 - 12:10 WIB

BORNEONEWS, Bondowoso  - Suatu malam, seorang lelaki muda dengan satu anak bertemu ulama sepuh. Malam itu, kiai sepuh mengingatkan si pemuda betapa beratnya peran seorang ayah dalam keluarga.

"Nak, hati-hati ya menjalani peran sebagai suami dan ayah. Jangan semua dibebankan kepada istri. Tugas istri itu cuma dua, yaitu melahirkan dan menyusui, selebihnya adalah tugas suami". Demikian penegasan ulama sepuh itu, mengingatkan.

Kalau selama ini, secara sosial, istri harus menyiapkan makan untuk keluarga, mencuci pakaian, membersihkan rumah, dan merawat anak, secara moral agama hal itu hanya merupakan tambahan amal ibadah dari seorang istri. Menurut sang kiai, semua itu seharusnya dikerjakan oleh suami.

Kewajiban seorang suami terhadap istri dan anak itu bukan sekadar mencari nafkah, melainkan memberi nafkah. Pemahaman memberi nafkah itu bukan seorang suami memberi uang pada istri, kemudian setelah itu menjadi kewajiban istri untuk mengatur apa yang akan dimakan oleh keluarga.

Seorang suami seharusnya menyiapkan makanan untuk istri dan anak, sedangkan istri hanya tinggal memakan suguhan yang telah disiapkan oleh suami. Apa yang disampaikan oleh sang kiai mungkin tergolong ekstrem dan tidak mudah diterima secara sosial.

Dalam budaya patriarki, sudah menjadi kelaziman jika suami hendak makan, si istri harus menyiapkan segalanya di meja makan. Suami hanya tinggal duduk di kursi meja makan dan langsung menikmati makanan di piring yang disuguhkan oleh istri.

Bahkan, di lingkungan sosial tertentu, jika seorang suami terlihat menyapu teras rumah dianggap sebagai kejanggalan dalam keluarga, apalagi jika suami terlihat menyuapi makan untuk anaknya. Lingkungan sosial dengan leluasa akan menghakimi bahwa si suami tergolong takut pada istri.

Semua cerita tentang peringatan seorang kiai tersebut agaknya tepat jika dikaitkan dengan fakta yang dikutip laman Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta bahwa Indonesia merupakan negara yang tergolong dalam negara yang anak-anaknya kehilangan sosok ayah di keluarga.

Pengungkapan fakta itu mengajak kita semua untuk kembali menyadari peran ayah dalam mengisi tangki kasih pada jiwa anak. Orang tua berperan bukan sekadar memenuhi kebutuhan tubuh si anak untuk tumbuh dan berkembang. Lebih dari itu, ayah dan ibu harus mampu memenuhi kebutuhan jiwa si anak yang juga sedang berproses untuk bertumbuh kembang.

Kosongnya peran ayah dan ibu dalam memenuhi kebutuhan jiwa si anak akan berimplikasi pada masalah sosial dan pribadi si anak ketika dia beranjak menjadi remaja, bahkan hingga dewasa.

Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang kurang mendapatkan asupan nutrisi untuk jiwanya berpotensi menjadi pribadi bermasalah dalam lingkungan sosial. Anak menjadi pribadi yang minder dan mudah tersinggung, sulit bersosialisasi atau sulit berada dalam lingkungan kerja yang memerlukan kerja sama tim. Dia juga berpotensi menjadi pribadi yang suka membuat masalah atau keributan dalam kehidupan sosial.

Berita Terbaru