Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Pangeran Biawak

  • 27 Maret 2016 - 20:16 WIB

DIKISAHKAN, dahulu ka'la di pedalaman Ka'limantan Tengah ada seorang raja yang mempunyai tujuh putri. Semua'nya masih gadis.

Ka'rena sudah cukup umur mereka pun hendak di'nikahkan. Sayangnya me're'ka belum memiliki calon. Se'hingga, mau tidak mau, ayahanda mereka ikut campur ta'ngan.

Sebagaimana lazimnya adat di zaman itu, jika ada se''orang gadis tidak pu'nya calon, ayahnya akan meng'ge''lar sayembara untuk men'cari pemuda impian ba'gi sang anak. 

Begitu juga yang dilakukan oleh ayahanda ketujuh putri tersebut. Karena, is'ta'nanya terletak di pinggir sungai, sang raja lalu meng'ada'kan sayembara untuk mem'bangunkan kerajaan di pinggir sungai seberangnya.Tidak lama setelah sayem'ba''ra diumumkan, datang'lah enam pemuda mendaftar.

Dalam tempo tidak begitu lama, keenam pemuda itu ber'hasil menyelesaikan tan'ta'ngan yang diberikan sang raja.

Namun, sayembara be'lum'lah berakhir. Masih me'nunggu satu pemuda lagi un'tuk menyelesaikan satu tan'tangan lainnya, yakni mem'buatkan jembatan untuk setiap istana ke istana raja. Sebab keenam istana itu terletak berseberangan de'ngan istana raja.

Tunggu ditunggu, datang'lah seorang ibu tua dan se'ekor biawak. Ru'panya ibu tua ini adalah ibu dari bia'wak itu. 'Ham'ba datang ke sini untuk meng'ikuti sayem'ba'ra yang tuan paduka adakan,' jelas ibu tua.

'Tak masalah. Siapa pun dia bisa mengikuti sayemba'ra ini,' kata sang raja.

'Nah, anakku, kamu sudah mendengar kata-kata ra'ja sendiri kan Berarti ka'mu boleh ikutan,' kata ibu tua kepada biawak.

Semua orang terkejut. Ba'gai'mana mungkin seekor bia'wak bisa memiliki ibu ma'nusia 'Apa tuan paduka ingin menarik ucapan sendi'ri,' tanya ibu tua.

Sang raja berdiam diri se'je'nak, menimang-nimang. 'Ya, aku sudah mengatakan'nya. Dan pantang bagiku menarik ucapanku. Baik'lah, kamu ikutan biawak.'

Biawak pun langsung be'kerja.

Sementara itu, raja ber'dis'''kusi dengan ketujuh pu'tri''nya. Dia bertanya siapa'kah di antara mereka yang ingin 'jadi istri biawak Keenam putri raja tidak ada yang mau, kecuali si bungsu.

'Aku bersedia, ayahanda. Ini demi nama baik ayahan''da yang telah berjan'ji kepada biawak untuk menikah salah seorang di antara pu'tri ayahanda.'

Biawak rupanya bekerja ter''lalu cepat. Karena selesai ber''diskusi, keenam jembat'an sudah jadi.

Keesokan harinya digelar'lah pesta pernikahan. Tampak, keenam putri raja ber''gembira, sedangkan si bung''su cuma muram. Ketika

malam ti'ba, dan semua pengantin ba'ru ini ke kamar masing-ma'sing hanya di kamar si bung'su tak terdengar suara ce'ki'ki'k'an.

Namun, keesokan pagi'nya, dia terkejut menemukan seorang pria tampan ti'dur di sisinya. Dia menjerit dan pengawal raja masuk ke ka'marnya. Namun, tidak ditemukan pria tampan itu. Si putri hanya menunjuk bia'wak. Pria tampan itu su'dah berubah kembali men'jadi biawak. Tapi, tak se'orang pun pengawal perca'ya.

Be''berapa malam berikut'nya si bung'su tidak lagi ter''kejut dengan kehadiran pria tam'pan itu. Justru dia ber'''ta'nya mengapa suami'nya bisa ber'ubah jadi bia'wak. Kata sua''minya, dia be'gitu karena dikutuk. Si bung''su kemudi'an ke sudut ka'mar, lalu mem'bakar kulit bia'wak suaminya. Alhasil, sua'mi si bungsu pun tidak ber'ubah kembali jadi biawak. (Duniadongen/B-3)

Berita Terbaru