Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Kemarau 2023 Diprediksi Lebih Kering Dibandingan 3 Tahun Sebelumnya

  • Oleh Wahyu Krida
  • 09 Agustus 2023 - 15:00 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Lantaran adanya fenomena El- Nino yang terjadi tahun 2023 ini, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa musim kemarau tahun ini lebih kering bila dibandingan dengan 3 tahun sebelumnya. 

Kepala BMKG Kelas III Iskandar Aqil Ihsan, Rabu, 9 Agustus 2023 menjelaskan hal tersebut selain adanya El-Nino juga dipicu oleh adanya Indian Ocean Dipole (IOD) yang terjadi di kawasan samudera. 

"Berdasarkan pengamatan yang dilakukan BMKG, indeks El Nino pada Juli ini mencapai level moderate, sementara IOD sudah memasuki level index yang positif. Fenomena El Nino dan IOD Positif saling menguatkan sehingga membuat musim kemarau 2023 dapat menjadi lebih kering sehingga curah hujan berada pada kategori rendah hingga sangat rendah," jelas Aqil Ihsan.

Aqil Ihsan menjelaskan, puncak kemarau kering tahun ini diprediksi terjadi pada Agustus hingga awal September.

"Dengan kondisi tersebut, kemarau tahun ini akan jauh lebih kering dibandingkan tahun 2020, 2021, dan 2022. Untuk Kabupaten Kobar diperkirakan puncak musim kemarau  di September. Sedangkan kondisi El Nino bisa berlangsung hingga Desember atau hingga awal tahun 2024," jelas Aqil Ihsan.

Akibat fenomena cuaca tersebut, menurut Aqil Ihsan,  sepanjang musim kemarau ini, sektor pertanian akan terdampak, terutama lahan pertanian tadah hujan yang masih menggunakan sistem pertanian tradisional. 

"Selain itu, kondisi kekeringan ini juga dapat berujung kepada bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla), yang jika tidak terkendali dapat menimbulkan krisis kabut asap yang berdampak pada kualitas lingkungan, ekonomi, sosial, hingga kesehatan masyarakat," jelas Aqil Ihsan.

Aqil Ihsan menambahkan, untuk mengurangi dampak tersebut sangat diharapkan kesadaran semua pihak untuk tidak melakukan pembakaran hutan atau lahan.

"Kemudian, masyarakat yang terutama berada di wilayah yang rentan kesulitan memperoleh air bersih, dapat ikut berkontribusi mulai dari menghemat penggunaan air dalam aktivitas sehari-hari, serta menampung hujan yang masih mungkin turun sebagai cadangan air," jelas Aqil Ihsan (WAHYU KRIDA/J)

Berita Terbaru