Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Peternak Babi Keluhkan Harga Kandang yang Murah

  • Oleh Testi Priscilla
  • 04 September 2023 - 20:35 WIB

BORNEONEWS, Palangka Raya - Pasca-penyebaran Demam Babi Afrika atau yang dikenal ASF pada akhir 2021 hingga awal 2022 lalu, banyak peternak babi di Palangka Raya yang terpaksa gulung tikar. Sayangnya, peternak yang tersisa pun masih harus merasakan pahitnya harga kandang yang murah.

"Harga kandang sekarang Rp65.000, separuh dari harga di pasar yang Rp120.000 ya," kata salah seorang peternak babi di kawasan Tingang, Melia kepada Borneonews pada Senin, 4 September 2023.

Menurut Melia, harga ini sudah umum di kalangan tengkulak meskipun dirasa sangat murah dan tidak sebanding dengan harga penjualan ke pembeli di pasaran.

"Pasca-ASF dulu itu banyak babi kami mati. Dulu saya punya sampai 50-an ekor. Banyak mati karena ASF dulu, sekarang paling banyak saya hanya bisa pelihara 10 ekor yang kemudian dijual secara berkala ke tengkulak dengan harga Rp65.000 per Kilogramnya," bebernya.

Sebelum ASF menyerang tahun 2021 lalu, lanjut Melia, harga babi di kandang memang lebih murah lagi yakni Rp25.000 per Kg. Namun karena babi yang diternak saat itu banyak dan secara rutin dapat dijual, akumulasi pendapatannya menurut Melia lebih terasa.

"Sekarang ini harganya memang lebih mahal dari sebelum ASF tapi karena peliharaan hanya sedikit jadi pendapatan kami sangat menurun," tuturnya.

Sebelumnya, Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat, Veteriner, Pengolahan dan Pemasaran Hasil Ternak, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan atau DPKP Kota Palangka Raya, drh Ganjar Priyatno mengatakan bahwa pasca-penyebaran ASF, populasi ternak babi di Kota Palangka Raya saat ini menurun hingga 90 persen.

"Saat ini populasi babi di Kota Palangka Raya ini sudah menurun sampai 90 persen," kata Ganjar.

Menurut Ganjar, penurunan populasi ini terjadi pasca banyaknyaa ternak babi milik masyarakat yang mengalami kematian saat virus ASF merajalela pada akhir 2021 hingga awal 2022 ini.

"Sekarang ini ternak babi yang tersisa hanya sekitar 10, paling banyak 15 persen dari jumlah awalnya di akhir tahun 2022 kemarin. Ini jumlah ternaknya ya, bukan jumlah peternaknya," jelasnya lagi.

Masih menurut Ganjar, jika berbicara jumlah peternaknya, tentu akan berbeda lagi bahkan lebih memprihatinkan karena banyak peternak yang gulung tikar dan berhenti beternak. (TESTI PRISCILLA/Y)

Berita Terbaru