Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Warga Desa Bungai Jaya Anggap Nanas Lebih Menguntungkan Ketimbang Sawit

  • Oleh Budi Yulianto
  • 07 September 2016 - 11:36 WIB

BORNEONEWS, Kapuas - Warga Desa Bungai Jaya, Kecamatan Basarang, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah memilih buah nanas sebagai sumber penghasilan utama. Mereka menganggap buah nanas lebih menguntungkan ketimbang karet, salak, maupun kelapa sawit.

Setiap hari, warga setempat mampu menjual 1.000 buah nanas yang diangkut dalam satu pikap. Mereka juga tidak perlu khawatir dengan pemasaran. Sebab, para pembeli datang sendiri ke petani yang 55 persen dari 503 kepala keluarga membudidayakan buah nanas.

"Kalau untuk memasarkannya tergantung pengepul. Ada yang ke Banjar Baru, Martapura (Kalsel)," kata Kepala Desa Bungai Jaya, Kadiman, di kantornya pada kegiatan Journalist Trip Kemitraan dan Yayasan Perspektif Baru dalam agenda Restorasi Gambut Berbasis Ekologi dan Ekonomi di Kalteng, Selasa (6/9/2016) malam.

Kadiman menuturkan, ada lima desa di kecamatan setempat yang membudidayakan nanas. Empat sisanya adalah Desa Teramanuah, Panarung, Batu Nindan dan Basarang Jaya. Meski demikian, tidak ada persaingan serius dalam menyikapi usaha itu. Mereka tetap bekerjasama bahkan telah dibentuk badan kerjasama antardesa. Sehingga petani tetap untung.

Menurutnya, perbedaan kenapa lebih memilih nanas ketimbang lainnya karena prosesnya mudah, cepat panen, dan penghasilan menguntungkan. Berbeda jika menanam pohon kelapa sawit. Selain proses panen lama, juga memakan biaya cukup besar untuk perawatannya.

Sama halnya dengan karet yang kurang lebih 7 tahun baru bisa dipetik hasilnya. Apalagi saat ini harga per kilo di daerah itu cuma Rp 5 ribu.

Sementara buah salak, warga setempat sudah banyak yang tidak membudidayakannya lagi. Bahkan saat ini diperkirakan sisa empat KK. Karena buah salak kadang kala manis kadang juga ada seratnya sehingga kurang laku.

"Nah kalau nanas, petani cuma membuat balur panjang kemudian ditanam. Setelah ditanam kita lihat pemekarannya. Bisa dua sampai tiga bulan baru pemupukan. Ketika sudah subur kita karbit untuk menyamakan produksi. Setelah muncul bunga kita pupuk lagi. Paling biaya cuma Rp1 juta. Omsetnya bisa puluhan juta. Barulah panen. Kira-kira satu tahun sudah panen," ungkapnya.

Kadiman menceritakan, jika sudah setahun panen, di tahun berikutnya petani cukup duduk manis menikmati hasil. Ancaman gagal panen dinilainya belum pernah terjadi sejak belasan tahun silam.

Namun pembudidayaan nanas di wilayah setempat masih belum mendapat perhatian dari pemerintah daerah. Kadiman menambahkan, suksesnya membudidayakan nanas juga berdampak baik bagi warga setempat. Kebanyakan, mereka yang bisa menyekolahkan anak-anak sampai ke jenjang perguruan tinggi. (BUDI YULIANTO/N).

Berita Terbaru