Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Kebiasaan MCK di Sungai Picu Kasus Diare di Kotawaringin Timur

  • Oleh Rafiuddin
  • 21 September 2016 - 18:30 WIB

BORNEONEWS, Kotim - Kebiasaan masyarakat Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah menggunakan sungai sebagai sarana MCK (Mandi Cuci Kakus) memicu meningkatnya kasus diare. Perilaku jelek yang terus berlangsung sampai kini itu, menjadi perhatian serius pemerintah daerah. Karena bisa berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat dan mengotori sungai.

'Diare di Kotim pencetusnya selain perilaku sanitasi, juga ternyata masalah air bersih dan buang air besar masyarakat masih di sungai. Ketika kemarau, sungai surut, konsentrasi escherichia coli tinggi dan warga ambil air di sungai sehingga terjadi diare,' kata Kepala Dinas Kesehatan Kotim, Faisal Novendra Cahyanto, Rabu (21/9/2016).

Kebiasaan masyarakat memanfaatkan aliran sungai sebagai WC umum berpotensi menimbulkan penyakit. Sebab penggunaan air yang tercemar dapat menimbulkan diare, demam tifus, kolera dan penyakit hepatitis A.

Upaya untuk mengubah perilaku masyarakat itu dengan membangun sarana sanitasi memadai. Minimal di setiap rumah harus ada WC, sehingga perilaku warga membuang hajat di sungai bisa berkurang.

Di daerah Kotim yang paling rawan muncul penyakit diare, wilayah selatan, yakni Teluk Sampit dan Mentaya Hilir Selatan. Karena itu, ada bantuan pembuatan 50 MCK dari Pelindo III akan diarahkan ke Selatan.

Untuk mengubah kebiasaan masyarakat MCK di sungai ini sangat sulit, kata Faisal. Sebab, kebiasaan itu sudah turun temurun, padahal masih banyak ditemukan yang MCK di sungai itu kalangan menengah. Sehingga dia mengambil kesimpulan, itu bukan karena faktor ekonomi tapi kebiasaan.

'Seperti di Baamang dan Ketapang. Orang menegah ke atas masih banyak jongkok di pinggir sungai. Karena ini masalah kebiasaan, bukan ekonomi. Makanya saya dengan Pelindo III di SD-SD kita mulai mengubah. Mereka melihat kakek-neneknya akhirnya setelah besar mereka ikut MCK di di sungai juga. Padahal kalau di wilayah kota berapa sih harga kloset,' kata Faisal.

Contoh lain tambah Faisal, di wilayah Teluk Sampit. Meski sudah banyak korban jiwa akibat disambar buaya saat MCK di pinggir sungai. Namun kebiasaan itu tetap dilakukan masyarakat, padahal pemerintah sudah mengupayakan mengubah kebiasaan itu.

'Bayangkan saja di Samuda dan Bapinang itu sudah ada yang disambar buaya tapi masih juga MCK di sungai,' ucapnya. (RAFIUDIN/N).

Berita Terbaru