Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Masa Depan Rotan di Katingan Semakin Buram

  • Oleh Abdul Gofur
  • 30 September 2016 - 17:30 WIB

BORNEONEWS, Kasongan - Masa depan komoditas tanaman rotan dinilai semakin buram, terutama seiring penyetopan ekspor rotan mentah atau asalan oleh pemerintah pusat. Ada desakan dari daerah agar pemerintah kembali membuka keran ekspor rotan mentah, atau asalan.

"Kalau pemerintah tetap tidak membuka keran ekspor rotan mentah atau asalan ini, masa depan tanaman rotan terutama di wilayah kita akan semakin buram," kata Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Katingan, Saptul Anwar, Jumat (30/9/2016).

Pasalnya, kata dia selain sumber daya manusia (SDM) dalam hal ini perajin rotan di daerahnya masih minim, juga karena permintaan akan rotan setengah jadi atau dalam bentuk kerajinan rotan dari luar negeri terbatas.

"Bisa saja kita produksi rotan setengah jadi atau dalam bentuk kerajinan rotan itu, tapi masalahnya pemerintah pusat mau enggak menjamin atau membeli produk-produk kerajian rotan tersebut. Sebab permintaan luar negeri akan kerajinan rotan ini juga terbatas kan," katanya.

Karena itu, pihaknya merasa serba salah. Di sisi lain misalnya meminta kepada perajin rotan untuk membuat kerajinannya, namun di sisi lain masalah pemasaran yang masih belum jelas.

"Sebenarnya kalau mau bicara masalah perajin, kita juga punya. Tapi masalahnya nanti ada tidak jaminan produksi mereka ini, sebab perajin rotan ini kan perlu biaya hidup setiap hari," katanya.

Oleh sebab itulah dia menilai rotan ini sudah sulit untuk dikembangkan. Kecuali pemerintah memberikan jaminan membeli produk kerajinan itu tentu dengan harga yang sesuai.

"Kalau tidak maka rotan ini akan sulit diharapkan. Kecuali pemerintah kembali membuka kran ekspor rotan mentah atau asalan ini," imbuhnya.

Sebelumnya sejumlah petani atau pemilik kebun rotan di Desa Talingke mengaku jika sudah lama tidak ada pengumpul rotan mentah yang datang membeli rotan warga setempat.

Kalaupun ada namun pengumpul hanya berani mematok Rp50 ribu per kilogramnya. "Kami juga bingung sekarang rotan harganya sangat murah bahkan tidak laku dijual, dan rotan sekarang tidak bisa lagi diandalkan," kata Daji warga Desa Talingke. (ABDUL GOFUR/N).

Berita Terbaru