Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Tokoh Lamandau Usulkan Babukung Jadi Maskot Daerah

  • Oleh Hendi Nurfalah
  • 03 November 2016 - 14:39 WIB

BORNEONEWS- Nanga Bulik - Setidaknya dalam kurun waktu tiga tahun terakhir Seni Budaya Tari Babukung mulai gencar diperkenalkan kepada publik. Semua pihak turut terlibat dalam pemperkenalkannya, mulai dari pemerintah kabupaten hingga pemerintah desa bahkan masyarakat umum secara luas.

Bahkan, atas kekhasan, keunikan serta keaslian produk budaya yang lahir di tanah sendiri itu, tidak sedikit yang memberi penilaian bahwa hal yang berkaitan erat dengan tradisi Babukung sangatlah layak untuk dijadikan maskot Daerah kabupaten Lamandau.

Hal tersebut seperti yang dikatakan salahsatu tokoh pendiri kabupaten Lamandau, H. Tommy Hermal Ibrahim, saat dibincangi Borneonews.

"Jika kebudayaan Reog sangat akrab dengan tradisi masyarakat Ponorogo (Jawa Timur) dan menjadi identitas daerahnya, kenapa kita tidak melakukan hal yang sama, bahkan saya sepakat saja jika kemudian baik Babukung, Bukung atau Luha' (topeng) Bukung menjadi maskot kita (Lamandau)," katanya.

Dirinya yang juga merupakan ketua DPRD Lamandau tersebut juga menilai, jika kemudian Babukung menjadi maskot atau ciri khas daerah, maka tidak menutup kemungkinan jika Daerah Lamandau akan dapat di kenal lebih jauh oleh khalayak karena produk budaya asli yang menjadi ciri khas.

Meski demikian, sambung Tommy, jika kelak Babukung menjadi maskot bukan berarti lantas menggantikan maskot daerah yang saat ini dikenal seperti halnya (hewan) Rusa, tetapi justru akan menambah kekhassan dan keunikan Lamandau yang kaya akan segala potensi baik dalam bidang seni, budaya, hingga potensi alam dan yang lainnya.

"Tapi tentu hal ini (wacana Babukung menjadi maskot daerah) harus kita bahas bersama, sehingga tidak sekedar asal-asalan. Kita harus lihat filosofi, sejarang dan berbagai aspek lainnya," kata dia.

Seperti diketahui, cikal-bakal Babukung sendiri adalah sebuah tradisi leluhur masyarakat Lamandau khususnya masyarakat Dayak Tomun beragama kaharingan sebagai tradisi pengiring kematian serta penghibur duka bagi keluarga yang ditinggal meninggal dunia melalui sebuah sajian tarian bertopeng atau mengenakan bukung yang mengambil simbol-simbol dari binatang dan kekayaan alam sekitar. Menurut ceritanya, tradisi ini memiliki makna dan filosofi cukup tinggi, seperti nilai-nilai dan spirit tentang persaudaraan dan kekeluargaan dan kebersamaan dikala suka maupun duka. (HN/*)

Berita Terbaru