Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Ingin Jadi 'Pemain' CPO Sukses, Perhatikan 5 Faktor Ini

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 27 Desember 2016 - 13:15 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Jika Anda aktif dalam perdagangan Crude Palm Oil Futures (FCPO), memahami beberapa faktor yang mempengaruhi harga minyak sawit mentah (CPO) krusial bagi kesuksesan Anda. 

Anda bisa membuat keputusan berdasarkan informasi yang tepat, dan jangan memutuskan bertransaksi berdasarkan pada rumor atau emosi.  

Berikut lima faktor yang kemungkinan dapat mempengaruhi harga CPO dan dapat membantu Anda menjadi pelaku pasar FCPO yang baik, seperti dilansir opf.com.

1. Supply dan demand minyak sawit

China, India dan Eropa termasuk pengimpor minyak sawit terbesar dunia. Krisis yang terjadi seperti pelemahan ekonomi dunia, krisis utang zona euro dan melambatnya permintaan makanan di India dan China akan memicu penurunan permintaan minyak sawit, karena negara-negara ini lebih sedikit belanja untuk impor. Rendahnya permintaan akan menekan harga minyak sawit, sehingga memicu meningkatnya pasokan di negara penghasil minyak sawit, seperti Malaysia dan Indonesia.

2. Harga minyak nabati pesaing sawit  

Harga dan permintaan untuk minyak nabati lain, seperti minyak kedelai, minyak bunga matahari, minyak kanola dan minyak jagung juga dapat mempengaruhi harga CPO. Contohnya, cuaca buruk seperti kekeringan di negara penghasil kedelai, misalnya AS, Brasil dan Argentina akan menurunkan produksi minyak kedelai, sehingga akan mempengaruhi harga minyak kedelai dan sebagai dampaknya, harga minyak sawit juga akan terkerek naik.

3. Pola cuaca

Karena perkebunan sawit kebanyakan di kawasan tropis, seperti Malaysia dan Indonesia, hujan deras dapt menyebabkan lahan banjir dan imbasnya panen akan terganggu. 

4. Kebijakan impor di negara pengimpor

Kebijakan impor dan regulasi di negara-negara pengimpor CPO juga dapat mempengaruhi harga CPO. Australia, contohnya, telah mengajukan RUU yang mewajibkan produk mencantumkan label kandungan bahan baku. Jika RUU ini disetujui menjadi UU, konsumen yang percaya perkebunan kelapa sawit berkontribusi pada deforestasi, bisa saja menghindari produk yang mengandung sawit. Hal ini dapat menurunkan permintaan terhadap produk berbasis minyak sawit, yang buntutnya akan menekan harga CPO.

5. Perubahan perpajakan dan bea masuk

Dorab Mistry, analis industri sawit internasional, yang memperbarui perkiraan harga CPO yang bullish (menguat), belum lama ini mengatakan bahwa India akan menerapkan pajak impor CPO sedikitnya 10% untuk melindungi para petani sawit setempat. Langkah ini jika dilaksanakan, akan memaksa produsen CPO, seperti Malaysia dan Indonesia untuk menaikkan tarif ekspor CPO.

Tingginya biaya akan memicu rendahnya permintaan produk berbasis sawit, sehingga dapat mengalihkan pilihan konsumen ke minyak nabati lain sebagai alternatif. Rendahnya permintaan akan meningkatkan jumlah stok di negara-negara produsen minyak sawit, khususnya Malaysia dan Indonesia, yang akan menekan harga CPO turun. Kebijakan pajak ekspor CPO di negara-negara produsen minyak sawit juga berperan dalam menentukan harga CPO dunia. (NEDELYA RAMADHANI/m)


TAGS:

Berita Terbaru