Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Perjanjian Perdagangan RCEP Tak Untungkan Industri Sawit Indonesia

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 18 Februari 2017 - 08:46 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Perjanjian perdagangan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang digagas Pemerintah Tiongkok dinilai tidak akan memberikan keuntungan bagi industri kelapa sawit nasional.

"RCEP memaksa Indonesia untuk menurunkan tarif bagi ekspor minyak kelapa sawit atau minyak sawit mentah (CPO) ke negara-negara anggota lainnya. Bila terjadi penurunan tarif ekspor CPO, diperkirakan nilai perdagangan ekspor CPO tidak meningkat banyak, meskipun ada peningkatan volume," kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Togar Sitanggang, kepada pers di Jakarta akhir pekan ini.

Jika melihat kinerja ekspor perdagangan Indonesia dengan beberapa negara yang ada dalam RCEP, seperti India, menurut Togar, nilai perdagangan antar kedua negara sudah cukup baik.

"Pemerintah lebih melakukan komunikasi dan lobi bisnis secara bilateral terhadap negara-negara mitra dagang ekspor CPO tanpa berharap banyak pada RCEP. Dengan volume perdagangan ke India, itu tidak signifikan untuk RCEP meningkatkan volume perdagangan Indonesia di sektor kelapa sawit," papar dia.

Pemerintah menilai RCEP akan jauh lebih menguntungkan bagi Indonesia dibandingkan mengikuti perjanjian perdagangan Trans Pacific Partnership (TPP) yang resmi ditinggalkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Dalam RCEP, Indonesia bersama sembilan negara di kawasan Asia Tenggara (Asean) akan membentuk kongsi dagang dengan enam negara di luar Asean, yakni India, Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru.

Sementara untuk perdagangan ekspor komoditas CPO, Indonesia telah menjalin kemitraan perdagangan dengan beberapa negara dalam RCEP tersebut yang memiliki nilai perdagangan cukup tinggi, misalnya dengan India dan Tiongkok.

Berdasarkan data ekspor perdagangan Gabungan Pengusaha Kepala Sawit Indonesia (GAPKI), ekspor perdagangan CPO Indonesia sebesar 26,6 juta ton untuk semua jenis CPO dan 25,1 juta ton untuk CPO dan turunannya. Dari volume ekspor tersebut, nilai perdagangan ekspor CPO menyumbang devisa mencapai US$18,1 miliar.

Tercatat, ekspor perdagangan CPO Indonesia ke India sebanyak 5,78 juta ton pada tahun lalu. Sementara ekspor CPO ke Tiongkok sebesar 3,23 juta ton pada tahun lalu.

Sedangkan ekspor perdagangan CPO ke mitra dagang lainnya yang cukup besar, yakni Pakistan, sebanyak 2,07 juta ton, Amerika Serikat sebanyak 1,08 juta ton, dan negara-negara di Uni Eropa sebanyak 4,4 juta ton. (NEDELYA RAMADHANI/m)

Berita Terbaru