Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Produksi Minyak Sawit RI Januari Turun Menjadi 2,86 Juta Ton

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 20 Maret 2017 - 17:50 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Pada Januari 2017, tercatat produksi minyak sawit nasional melorot 9%, yakni dari 3,15 juta ton pada Desember 2016 menjadi 2,86 juta ton.

"Penurunan produksi hampir terjadi di seluruh wilayah Indonesia," kata Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Fadhil Hasan, kepada pers di Jakarta, Senin (20/3/2017).

Di sisi lain, ekspor yang meningkat dan produksi yang turun tidak serta merta menggerus stok minyak sawit di Indonesia. Pada awal 2017, GAPKI mengeluarkan data stok minyak sawit Indonesia pada Desember 2016 diperkirakan hanya sekitar 1,07 juta ton dan produksi minyak sawit sekitar 34,5 juta ton (31,5 juta ton CPO dan 3 juta ton CPKO).

"Kali ini, kami merevisi angka tersebut. Berdasarkan pengumpulan data dan survei di lapangan, hasil tabulasi data menunjukkan, stok minyak sawit Indonesia pada akhir tahun lalu adalah 3,75 juta ton dan produksi minyak sawit sebesar 35,57 juta ton (32,52 juta ton CPO dan 3,05 CPKO)," papar Fadhil.

Stok fisik di lapangan, menurut Fadhil, cukup banyak meski produksi tidak tinggi. Hal ini karena carry forward stok akhir 2015 yang memang melimpah.

"Sepanjang Januari 2017, stok minyak sawit Indonesia tercatat sebanyak 2,86 juta ton dan harga rata-rata CPO global bergerak pada kisaran US$785 hingga US$827,50 per metrik ton, pada dua minggu pertama, harga tetap bertahan pada US$790 sampai dengan US$820 per metrik ton," ujar Fadhil.

Harga mulai tergerus pada minggu ketiga hingga akhir bulan, bergerak di bawah US$750 per metrik ton. Penguatan harga pada Januari karena adanya sentimen pasar yang khawatir stok minyak sawit Indonesia dan Malaysia menipis.

Harga CPO pada dua pekan pertama Maret bergerak di kisaran US$722,5 hingga US$765 per metrik ton. GAPKI memperkirakan sampai akhir bulan, harga CPO global akan bergerak pada kisaran US$720 sampai dengan US$750 per metrik ton. (NEDELYA RAMADHANI/m)

Berita Terbaru