Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Waspadai Ekstrim Kanan dan Ekstrim Kiri yang Gerogoti Falsafah Bangsa

  • Oleh M. Muchlas Roziqin
  • 31 Maret 2017 - 12:00 WIB

BORNEONEWS, Palangka Raya ' Dialog penanggulangan terorisme dan radikalisme di Aula Jayang Tingang, kantor Gubernur Kalteng pada Kamis (30/3/2017) kemarin, mengungkit kembali tentang ancaman terhadap bangsa Indonesia yang pernah disampaikan pejabat Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) saat datang ke Palangka Raya, beberapa waktu lalu.

Kasubdit Pembauran dan Pelestarian Bhinneka Tunggal Ika, Direktorat Bina Ideologi Karakter dan Wawasan Kebangsaan Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum Kemendagri, Johny Sebayang, mengatakan bahwa saat ini ada upaya menggerogoti keberagamaan dan kebhinekaan bangsa Indonesia serta falsafah bangsa yakni Pancasila.

'Apakah ada ancaman kebhinekaan atau Bhineka Tunggal Ika Saya katakan iya betul ada akibat reformasi yang berujung kebebasan yang keblablasan. Bebas melakukan apa saja seperti sekarang,' kata Johny.

'Ada ekstrim kanan, ini dalam agama. Juga ada ekstrim kiri, kemudian adanya krisis kepercayaan yang runtuh saat akhir orde baru lalu berganti orde reformasi. Namun sampai sekarang belum bisa merealisasikan pokok-pokok reformasi itu sehingga munculah gerakan-gerakan yang tidak percaya negara, memecah-belah anak bangsa, intoleransi terhadap perbedaan, dan seterusnya,' kata dia.

Johny juga menyebut fenomena sosial dan penyakit yang diderita anak bangsa saat ini. Mulai dari fenomena lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT). Semua itu membuat ricuh dan perdebatan nasional. Globlalisasi dan ancaman media sosial (medsos) yang digunakan sebagai wadah caci maki dan sebar fitnah kian menjadi fenomena sosial, hingga merosostnya degradasi moral bangsa.

'Kerap kita lihat para koruptor yang sudah tertangkap kok anehnya masih senyum dan melambai tangan tanpa ada malu. Jatuhnya orde baru diikuti neo komunisme, konflik etnis, dan sosial yang sebenarnya akibat konflik pribadi lalu dibesarkan dengan membawa simbol etnik dan berdampak potensi konflik sosial. Ini yang harus kita sadari dan bendung,' pintanya.

Sementara itu, Wakil Gubernur (Wagub) Kalteng Habib Said Ismail merespons hal ini dengan mengimbau semua lapisan masyarakat supaya sadar dan menahan diri, agar tidak mudah terkotak-kotak akibat permainan provokasi. 'Mari kita hidup berdampingan rukun dan damai, jangan terkotak-kotak karena isu tertentu yang belum disaring betul kebenarannya. Bisa jadi itu kesengajaan orang tertentu dari luar yang ingin kita terus gaduh,' ucapnya, Jumat (31/3/2017). (ROZIQIN/B-3)

Berita Terbaru