Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Dalang Cilik Sentil Kebijakan Full Day School dalam Lakon Jaka Umbaran

  • Oleh Nazir Amin
  • 25 Agustus 2017 - 07:10 WIB

BORNEONEWS, Kudus - Dalang Cilik A. Tino Mulyadi menyentil kebijakan Full Day School lewat lakon Jaya Umbaran. Bersama dalang senior Ki Sutikno, Tino sukses memainkan Wayang Klithik Wonosoco yang diselenggarakan oleh Panggung Teater Kudus, 23 Agustus 2017, pukul 20.00 WIB di Auditorium Universitas Muria Kudus (UMK).

Dalang Cilik A. Tino Mulyadi menyentil kebijakan Full Day School  lewat pertunjukan oleh Panggung Teater Kudus, 23 Agustus 2017, pukul 20.00 WIB di Auditorium Universitas Muria Kudus (UMK).

Dalam rilis yang diterima Borneonews, Jumat (25/8/2017), Saliem Sabendino dari UMK, menyebutkan, Tino Mulyadi malam itu benar-benar mampu menyihir penonton. Dalang belia itu, sangat cerdas menyisipkan kritik sosial dalam pertunjukannya, seperti ketika menyentil kebijakan FDS, tentang anak-anak sekarang sudah kehilangan hak bermainnya karena sekolah seharian.

"Esok sekolah, Sore sekolah, Malam belajar, Kapan Dolanane (pagi sekolah, sore sekolah, malam belajar, kapan bermainnya)" urai Tino dengan suara cadelnya, dalam adegan wayang saat Jaka Umbaran pulang bermain dan mendapat teguran dari ibu dan kakeknya.

Acara bertajuk Jaka Umbaran dalam Perang Dalang Dua Generasi ini, sukses menampilkan dua dalang sekaligus, Ki Sutikno satu-satunya dalang senior Wayang Klithik yang masih bertahan di Kota Kudus, dan Tino Mulyadi dalang cilik Wayang Klithik.

Dalam pagelaran selama kurang lebih satu jam itu, Ki Sutikno dan Tino Mulyadi mampu menyuguhkan permainan memukau ratusan penonton. Terlebih saat Tino Mulyadi mulai mengambil bagian permainan pada babak ketika Jaka Umbaran mencari pembunuh orang tuanya. Dalam peran sebagai Jaka Umbaran, ia turun dari panggung, menghampiri beberapa penonton untuk mempertanyakan keberadaan sang pembunuh, Kebo Marcuet.

Gayanya yang jenaka, ditambah aksen dialeg yang masih cedal, Tino berlarian hingga ke barisan belakang penonton untuk mempertanyakan keberadaan Kebo Marcuet, menjadikan segenap penonton semakin terpingkal-pingkal.

Perang dalang dua generasi benar-benar terjadi di atas panggung Jaka Umbaran bertemu kebo Marcuet. Saat itu, Ki Sutikno dan Tino mengaplikasikan lakon berbentuk pertunjukan peran yang membuat penonton semakin tercengang. Dalam babak ini Ki Sutikno memerankan tokoh Kebo Marcuet sedangkan Tino sebagai Jaka Umbaran. Kedua dalang beradu akting untuk menuntaskan babak ini, dan tak henti-hentinya mengundang tawa penonton menyaksikan kekocakan keduanya.

Pada penghujung acara yang diselenggarakan oleh Panggung Teater Kudus bekerjasama dengan Kelompok Kajian Teater Tigakoma ini ditutup dengan sesi diskusi mengenai wayang Klithik dan perkembangannya. Moderator Saliem Sabendino dan Ki Sutikno sebagai narasumber. Dalam diskusi ini muncul berbagai apresiasi positif terhadap pagelaran malam itu, juga terhadap permainan yang ditampilkan Ki Sutikno dan Tino Mulyadi.

Pegiat seni rupa dari Jepara, Pincuk Puttusulay merasa sangat beruntung dapat menyaksikan peristiwa langka ini. "Malam ini saya dapat menyaksikan kehebatan dua dalang sekaligus dalam satu panggung."

Ki Giyok Waryoto dalang Wayang Gojek dari Kudus, memberi apresiasi tinggi seraya mengharapkan, jadi acuan bagi siapapun mereka yang bergerak dalam pendidikan maupun pendampingan anak bahwa pada pagelaran ini Ki Sutikno mampu memberikan contoh luar biasa. Ia menilai Ki Sutikno mampu mendidik dan menempatkan Tino dalam koridor dunia anak-anaknya tanpa harus menyeret Tino keluar dari dunianya. Tidak seperti proses Audisi anak-anak yang banyak muncul di televisi yang justru malah mengeksploitasi anak-anak dari dunia dan jamannya. (RO/*/N).

Berita Terbaru