Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Hilirisasi Sektor Sawit Bisa Persempit Defisit Perdagangan 

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 23 Agustus 2018 - 15:30 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Setelah defisit transaksi berjalan pada kuartal II tahun ini menyentuh 3%, pemerintah mengambil langkah dengan cara membatasi impor terhadap 500 komoditas untuk mengurangi tekanan terhadap transaksi berjalan. 

"Langkah ini belum tentu menguntungkan emiten terkait 500 komoditas tersebut. Harus menunggu kepastiannya dulu, implementasinya belum ada," kata analis senior Narada Asset Management, Kiswoyo Adi Joe, dalam risetnya, Kamis (23/8/2018).

Kiswoyo menilai, impor negara atas kertas terbatas karena di lain sisi Indonesia juga termasuk produsen kertas. Impor terhadap petrokimia juga kurang tepat, karena dari dalam negeri tidak bisa memasok permintaan yang ada.

"Untuk tahu dampaknya, langsung ke detail jenis yang dikendalikan impornya, bukan berdasarkan sektornya. Kertas kita impor kecil, petrokimia kurang pasokan dari dalam negeri dan untuk sawit, kita termasuk produsen terbesar," papar dia.

Sebagai penghasil minyak sawit terbesar di dunia, Indonesia terus dituntut untuk menggalakkan hilirisasi industi minyak sawit agar memiliki nilai tambah. Langkah ini diharapkan juga dapat mengikis defisit perdagangan.

Untuk itu, Kementerian Perindustrian akan terus memacu dan memfasilitasi program hilirisasi di sektor industri minyak sawit (CPO) agar dapat meningkatkan nilai tambah tinggi untuk menarik devisa.     

"Kami berupaya agar minyak kelapa sawit dan turunannya bisa diolah dan dijual ke luar negeri. Tetapi saat ini tengah dikaji agar produk tersebut bisa dijual dan tidak akan ada permasalahan nantinya," kata Direktur Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin, I Gusti Putu Suryawirawan.

Kemenperin mencatat, secara rata-rata tahunan, industri kelapa sawit hulu-hilir menyumbang 20 miliar dolar AS pada devisa negara. Selain itu, sektor ini juga menyerap tenaga kerja sebanyak 21 juta orang baik secara langsung maupun tidak. Bahkan Indonesia berkontribusi sebesar 48 persen dari produksi CPO dunia dan menguasai 52 persen pasar ekspor minyak sawit.  (NEDELYA RAMADHANI/m)

Berita Terbaru