Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Investasi Asing Bidang Perfilman Dibuka Siapa Diuntungkan

  • 12 Februari 2016 - 20:20 WIB

BIDANG usaha film me'rupakan jenis usa'ha yang masuk ke dalam DNI (Daf'tar' Negatif Investasi).

Dampaknya membuat bi'da'ng industri perfilman sulit mendapat bantuan investasi dari luar negeri. Namun ren'ca'na dihapusnya industri film dari DNI menimbulkan pro kontra.

Ekky Imanjaya, pengamat sekaligus akademisi film, ter'masuk yang pro. 'Saya cenderung setuju dengan DNI film, asal aturan mainnya' jelas dan ditegakkan dan di'awasi,' katanya.

Menurut Ekky, dengan di'bukanya industri film dari DNI nanti, yang paling diun'tung'kan adalah konsumen. Itu jika pembukaan DNI  bi'sa berjalan dan diawasi dengan baik.

Jika ini digarap serius ten'tu'nya selain konsumen akan ada banyak pihak lain yang di'untungkan. Misalnya daftar box office Indonesia.

Selama ini hanya dilihat ber'dasarkan jumlah penonton, bukan dari pendapatan. 'Catatan box office selama ini hanya ada di filmindone'sia.or.id. Itu pun berdasarkan' jumlah penonton (bukan jumlah pendapatan) dan hanya film Indonesia. Kalau dibuat transparan, misalnya' di website resmi Dirjen Pajak, diberikan laporan yang bi'sa diakses publik dan real time. Ini akan sangat ba'gus'. Tidak hanya untuk sesama pelaku bisnis dan pemerintah, tapi juga untuk wartawan, akademisi, dan kritikus film seperti saya,' jelasnya.

Data itu bisa dipakai untuk' banyak tujuan, termasuk pemantauan dan pengawas'an aturan main dan spectatorship.

Diketahui, akhir bulan lalu, Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf me'mas'tikan DNI di bidang perfilman telah disepakati oleh pemerintah untuk dibuka.

Ini artinya investor asing bisa menanamkan modalny'a bidang industri perfilman yang terbagi dalam tiga sektor. Yakni produksi, distri'busi, dan exhibition atau bi'oskop.

Bagi para sineas, dibuka'nya DNI ini adalah angin se'gar. Selama ini para sineas lokal terbilang sulit mencari da'na untuk membuat film. Hasilnya produksi film lokal terhitung sedikit.

Diketahui, saat ini Indone'sia' merupakan negara deng'an' penduduk terbanyak keempat di dunia. Kurang le'bih Indonesia dihuni 250 juta penduduk pada 2015.

Dengan 250 juta jiwa, ma'ka Indonesia merupakan ne'gara dengan pasar yang men'janjikan untuk melakukan' bisnis. Salah satunya sektor usaha film.

'Bioskop menumpuk di mal-mal Jakarta dan Jawa Barat. Dengan adanya modal asing dan aturan main yang jelas, bioskop akan tersebar ke daerah yang belum ada bioskop. Akan berpotensi me'nambah laba dan lebih banyak penonton di dae'rah' terpencil (kalau perlu, hingga pulau terluar) berkesempatan menonton. Untuk produser film, artinya lebih banyak 'toko-toko' untuk menaruh 'jualan' mereka,' ka'ta Ekky lagi.

Meski Indonesia pasar po'tensial, tapi banyaknya masyarakat Indonesia masih' belum diimbangi dengan jumlah layar bioskop yang memadai. Apalagi jumlah bi'oskop masih menumpuk di Jawa dan Jakarta.

Masuknya investasi sektor film ke Indonesia akan mem'bu'at jumlah bioskop, terutama di daerah akan bertam'bah. Di sisi lain juga akan mem'buka lapangan kerja baru yang lebih bervariatif di daerah. (MTV/B-6)

Berita Terbaru