Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Anak Punk dan Bali

  • Oleh Yohanes S Widada
  • 27 September 2016 - 19:03 WIB

Bupati Kotwaringin Timur Supian Hadi tampaknya mulai terusik dengan bisingnya  suara motor yang dipacu kencang di depan rumah jabatannya.  Walikota Palangka Raya Riban Satia juga mulai risih melihat anak-anak  berpotongan rambut  dan berpakaian plus berperilaku nyeleneh itu.

Pemacu motor dengan kecepatan tinggi, sendiri atau beramai-ramai di jalan raya, bukan hanya membahayakan diri mereka sendiri, Tetapi  membahayakan orang atau pengendara lain.

Demikian juga anak-anak muda berpotongan rambut  dan berpakaian aneh ditambah berperilaku nyeleneh tadi, tampak mengganggu pemandangan kota. Apalagi jika antara mereka terlibat perkelahian.

Anak-anak muda pemacu motor, biasa disebut pembalap liar. Disingkat atau diistilahkan sebagai 'bali'.  Sedangkan anak muda berpotongan rambut dan berpakaian  aneh serta berperilaku nyeleneh,  selama ini sudah lazim disebut sebagai anak  punk, atau kaum  punk.

Pemacu motor, anak  punk dan sejenisnya,  oleh para sosiolog biasa disebut sebagai kelompok sosial yang telah memiliki ciri-ciri penyimpangan.  Atau, dalam kadar tertentu, bisa disebut sebagai kelompok masyarakat yang sudah mengidap penyakit sosial.  

Pemacu motor atau pembalap liar,  ada di semua daerah. Di ibukota Negara, ibukota provinsi, kabupaten bahkan sampai di desa-desa.  Sedangkan anak punk, tampaknya masih terbatas di kota-kota.

Yang pasti,  penyakit sosial semacam ini masih bisa ditanggulangi.  Mereka yang mengidap atau terjerumus ke dalam penyakit ini, masih bisa diobati. Masih bisa disembuhkan.  

Karena pada dasarnya, penyimpangan seperti ini lebih merupakan bentuk  protes sosial.  Lebih merupakan wujud dari aktivitas atau kreativitas yang tak tersalurkan.  Lebih merupakan 'teguran' kepada para orang tua yang tak memperhatikan kebutuhan anaknya.  Merupakan reaksi terhadap pemerintah yang tak  memberi wadah, penyaluran bakat-bakat mereka.

Jika Bupati Supian Hadi mau menyembuhkan pembalap liar dengan  membangun sirkuit,  itu solusi yang tepat.  Kalau Walikota Riban Satia pagi-pagi sudah menyerah bahwa anak punk tidak bisa diarahkan atau disembuhkan, belum teruji. Masih kita ragukan.   Kita masih yakin, jika dibuatkan panggung, diadakan festival seni budaya  untuk anak punk di Bundaran Besar, kiranya akan disambut gembira.

Berilah arena untuk  adu bakat dan kreativitas. Berilah panggung untuk berkompetisi. Kemudian, berilah apresiasi, bagi yang berprestasi.  Niscaya mereka akan  tumbuh percaya diri, karena mereka menemukan jati diri.

Berita Terbaru