Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Ribut Soal Nutella, Malaysia Pun Bergerak Cepat

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 19 Januari 2017 - 11:10 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Kementerian Perusahaan Perladangan dan Komoditi Malaysia mengalokasikan dana hibah mencapai RM50 juta (sekitar Rp149 miliar) untuk riset dan pengembangan guna mengurangi kontaminan dari minyak sawit.

Menteri Perusahaan Perladangan dan Komoditi Malaysia Datuk Seri Mah Siew Keong mengatakan alokasi dana RM50 juta itu disiapkan sebagai respons atas klaim badan pengawas keamanan makanan Eropa (European Food Standards Authority/EFSA) bahwa minyak sawit yang digunakan untuk pembuatan selai hazelnut dan cokelat pada produk Nutella mengandung zat pemicu kanker.

'Semua jenis minyak dan lemak nabati mengandung kontaminan dengan kadar berbeda-beda. Klaim tersebut sengaj menyasar minyak sawit lebih untuk kepentingan komersial,' sembur Mah dalam konferensi pers di sela acara 2016 Malaysian Palm Oil Industry Review di Kuala Lumpur, Rabu (18/1/2017).

Ia menuding para pegiat anti sawit dan pendukung minyak nabati pesaing sawit berada di balik kampanye negatif ini hanya demi melindungi pasar mereka di kancah global, yang kini makin terancam oleh minyak sawit.

Bahkan Ferrero Group, produsen selai bermerek Nutella, menegaskan produk mereka aman dikonsumsi karena bahan baku yang dipakai dan proses pengolahannya sudah melalui standar keamanan.

"Aspek kesehatan dan keselamatan konsumen adalah hal absolut dan prioritas utama Ferrero, dan kami memastikan produk-produk buatan Ferrero aman dikonsumsi," kata Ferrero Group dalam keterangan tertulisnya, seperti dilansir New Straits Times.

"EFSA telah menganalisis keberadaan kontaminan di banyak produk dan minyak yang disebut mengandung kontaminan tergantung pada jenis minyak dan lemak yang digunakan, selain juga proses pengolahannya," tegas Ferrero seraya menyebutkan bahwa segala proses pengolahan Nutella dan produk lainnya sudah sesuai dengan standar yang diterapkan EFSA.

Sebelumnya, badan pengawas keamanan makanan Eropa (EFSA) menyebutkan sawit berpotensi mengandung kontaminan karsinogenik, yang merupakan pemicu kanker.

Potensi itu muncul ketika minyak nabati yang berasal dari sawit diolah dengan suhu melebihi 200 derajat Celcius. Untuk itu, EFSA merekomendasikan konsumen untuk tidak mengonsumsi makanan yang mengandung minyak nabati sawit.

Senyawa kimia glycidyl fatty acid esters (GE) dan 3-monochloropropanediol (3-MCPD) yang dituding sebagai pemicu kanker, sebenarnya terkandung di semua jenis minyak nabati, termasuk minyak zaitun, dan senyawa ini tak terbukti sebagai pemicu kanker.

Adapun langkah cepat Malaysia terkait tudingan miring terhadap Nutella itu patut ditiru Indonesia, karena kedua negara selama ini menjadi pemasok sekitar 85% minyak sawit dunia. (NEDELYA RAMDHANI/m)

Berita Terbaru