BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) memperkirakan merilis standar terbaru, yang merupakan revisi tahap ketiga, pada November 2018.

Namun sebelum itu, lembaga sertifikasi minyak sawit berkelanjutan internasional itu akan melakukan kajian bersama seluruh pemangku kepentingan. Pembahasan itu sendiri akan dimulai pada Mei mendatang.

'Kami melakukan pembicaraan dengan petani sawit, perusahaan pengolahan, pedagang, perbankan dan investor, termasuk produsen consumer good, kelompok lingkungan, masyarakat sipil dan peritel,' kata Chief Executive Officer RSPO Datuk Darrel Webber, seperti dikutip The Borneo Post.

'Proses untuk memperbarui sertifikasi RSPO butuh waktu satu hingga dua tahun, karena kami perlu mengkaji banyak isu yang meliputi petani plasma, tenaga kerja, hak asasi manusia, deforestasi dan kemudahan memenuhi standar berkelanjutan,' imbuh Webber.

Ia mengatakan kajian ini perlu dilakukan karena RSPO mengadopsi praktik-praktik terbaik bertaraf internasional untuk rutin memperbarui standardisasi setiap lima tahun.

'Standar pertama RSPO disusun pada 2005 dan diluncurkan pada 2007. Kami ingin menjaga standar kami tetap relevan dengan kebutuhan pasar dan sesuai keinginan para pembeli minyak sawit,' ucapnya seraya menegaskan bahwa kajian standardisasi RSPO juga dapat meminimalkan inkonsistensi di antara auditor pihak ketiga. (NEDELYA RAMADHANI/m)