Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Kawasan Industri Tempenek, Megaproyek Berbiaya Hampir Rp7 Triliun

  • Oleh Nazir Amin
  • 13 Mei 2017 - 05:58 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Kawasan Industri Tempenek, yang dibangun Haji Abdul Rasyid AS, sebuah megaproyek berbiaya hampir Rp7 triliun. Di atas areal seluas 100 hektare itu, pemilik konglomerasi Citra Borneo Indah (CBI) Group, dan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) itu, akan membangun industri hilir sawit, menjadi pengekspor produk jadi berbagai turunan minyak kelapa sawit. Bukan lagi penyuplai Crude Palm Oil (CPO).

"Ya ini megaproyek berbiayai besar, apalagi untuk ukuran Tempenek, Kumai, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Kira-kira total biayanya hampir Rp7 triliun," kata Head of Downstream Project CBI Group, Rudy Ferdinand Bokslag kepada Borneonews saat bersamanya mengelilingi lokasi pembangunan industri raksasa itu, Jumat (12/5/2017) sore.

Biaya sebesar itu, untuk membangun kawasan industri berbahan baku Crude Palm Oil (CPO) atau minyak kelapa sawit, yang akan melahirkan berbagai produk turunan CPO. Nantinya, CBI Group masuk industri hilir, seperti yang sedang digalakkan pemerintah. Itu berarti pengusaha asal Kalteng Haji Abdul Rasyid akan menggenapkan usahanya dengan mengelola industri sawit dari hulu sampai ke hilir .

"Setahu saya ini refinary, kawasan industri penghasil berbagai produk turunan CPO, yang pertama milik pribumi asli. Kalau nonpri udah ada beberapa, udah lumayan jumlahnya," kata Rudy Bokslag, pria 64 tahun yang masih rutin bermain tenis lapangan.

Melalui WhatsApp, Sabtu (13/5/2017), Rudy menuliskan, dalam Kawasan Industri CBI Group di Tempenek itu, sedikitnya ada empat perusahaan: PT Surya Borneo Industri (SBI), sebagai pemilik areal industri, yang dari seluruhnya 100 hektare, saat ini baru tergarap 43 hektare. Ayah tiga anak itu, mengaku sudah mulai merintisnya sejak 2014, saat kawasan itu berupa rawa dengan infrastruktur jalan, nyaris tidak ada.

Lalu, masih di bawah CBI Group seperti PT SBI, juga ada PT Citra Borneo Utama (CBU), yang kelak memproduksi minyak goreng (olein) dan stearin. Produk Biodiesel dan Glycerin nanti melalui PT Citra Borneo Energy (CBE), dan PT Citra Borneo Chemical (CBC), menghasilkan fetty acids, fatty alcohol dan produk oleo chemical lainnya. 

"Secara bertahap akhir 2017 sudah bisa berproduksi, dan awal 2018 sudah memasuki fase produksi secara komersial, yang berarti siap memasuki pasar ekspor," kata pemegang dua gelar Master dari dua negara, Belanda dan Inggris tersebut.

Obsesi lama

Kawasan industri CBI Group di Tempenek itu, bisa dibilang obsesi lama pengusaha nasional asal Kalteng, Haji Abdul Rasyid AS. Di atas lahan seluas 100 hektare itu, owner Citra Borneo Indah (CBI) Group dan PT Sawit Sumbermas Sarana (SSMS) Tbk itu, membangun megaproyek industri sawit, yang kelak menjadikannya pengekspor produk jadi berbagai turunan minyak kelapa sawit. Jadi, bukan lagi penyuplai Crude Palm Oil (CPO), seperti dijalani selama ini.

"Kami ingin bahan baku CPO yang ada di sini di Kotawaringin Barat, semuanya kita ekspor menjadi produk jadi. Kita masuk refinery, biodiesel, olio, dan sebagainya," kata H Abdul Rasyid AS saat mengajak Direktur BNI Putrama Wahyu Setyawan dan rombongan berkeliling meninjau pembangunan PT Surya Borneo Industri (SBI), pengelola kawasan industri di Sungai Tempenek, Rabu (10/5/2017).

Direktur BNI Putrama Wahyu Setiawan dan rombongan berada di Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, sejak Selasa (9/5/2017). Tim Bank BNI itu, ingin melihat langsung perkembangan bisnis CBI Group, dan PT SSMS Tbk. Januari 2017, PT SSMS Tbk, mendapatkan fasilitas kredit Rp6 triliun dari PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Fasilitas kredit ini akan dimanfaatkan untuk pengembangan dan pengelolaan perkebunan kelapa sawit.

"Kami tertarik dengan semangat Pak Rasyid dalam membangun daerah. Itulah yang membuat BNI terus menjalin kerja sama, sampai hari ini," kata Putrama Wahyu Setyawan.

Melalui bendera PT Surya Borneo Industri (SBI), CBI Group melebarkan sayap usahanya ke sektor hilir dengan membangun komplek industri, yang kelak bisa menampung belasan ribu tenaga kerja. Rencana tersebut telah digagas sejak beberapa tahun lalu, dan mulai dibangun, dan digencarkan sejak 2014, ditangani Rudy Boksla, yang sampai hari ini masih kerap menjadi dosen tamu di almamaternya, ITB.

Unggulan daerah

Haji Abdul Rasyid kepada Borneonews  tahun 2015 memaparkan, di bawah bendera Grup CBI, korporasi lebih fokus pada peningkatan prioritas unggulan daerah. Semangatnya menjadi pemicu peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat melalui kompetensi inti industri berbahan baku dari daerah, dengan membuka kesempatan kerja bagi warga.

Pengusaha asal Kalimantan Tengah yang tercatat sebagai orang terkaya ke-41 Indonesia versi majalah Forbes 2014 ini, berniat membangun sebuah perusahaan kelapa sawit berbeda dengan perusahaan sawit lainnya. Menurutnya, korporasi harus menjadi entitas bisnis yang terintegrasi untuk membangun daerah, serta memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Dengan begitu masyarakat merasakan perusahaan ada di tengah-tengah mereka.

Di sektor hulu, PT SSMS Tbk, bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit, sedangkan PT SBI di sektor hilir beroperasi di bidang industri. Untuk itu semua, mulai dibangun rifenery, biodiesel dan olio di Kumai. Di komplek industri Tempenek itu nanti CPO diolah sampai menjadi barang jadi yang siap jual di retail.

'Kami bercita-cita supaya produk turunan dari kelapa sawit seperti minyak goreng, sabun, sampo dan lain sebagainya diproduksi di sini, di daerah ini, di Kobar,' kata mantan anggota MPR RI (1999'2004) utusan daerah Kalimantan Tengah itu. (NAZIR AMIN/B-2).

Berita Terbaru