Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Sumatera Selatan Masih Punya 17 Individu Harimau, Ini Sebarannya

  • Oleh Teras.id
  • 11 Februari 2020 - 10:10 WIB

TEMPO.CO, Palembang - Hutan belantara di Sumatera Selatan diyakini masih dihuni belasan hingga puluhan individu harimau. Berdasarkan data dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan di tahun 2006 di ada 17 ekor harimau yang tersebar di sejumlah kabupaten dan kota di Sumatera Selatan.

Angka tersebut menurut Kepala BKSDA Sumatera Selatan, Genman S. Hasibuan, masih bisa bertambah mengingat pihaknya menemukan jejak harimau muda. Selain itu juga tidak ditemukan adanya jejak kematian harimau.

“Bahkan juga tidak menemukan adanya perburuan harimau. Tapi untuk jejak kelahiran, ada. Karenanya populasinya tentu akan bertambah," kata Genman, di sela Lokakarya Penanganan Konflik antara Manusia dan Satwa Liar yang digagas oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan Kelola Sendang ZSL Indonesia, Senin, 10 Februari 2020.

Ada pun lokasi populasi harimau tersebut di Pagaralam, Lahat, Muara Enim, OKU Selatan, OKU, Musi Rawas Utara, Banyuasin dan Musi Banyuasin.

BKSDA mencatat populasi terbanyak ada di lansekap Rejang Lebong, yakni di Pagaralam, Lahat, Muara Enim dan dan OKU Selatan.

Menurut Genman, konflik yang terjadi antara manusia dan satwa liar itu cukup banyak sejak tiga bulan terakhir, utamanya di Pagaralam, Lahat dan Muara Enim. Bahkan pada pertengahan Januari 2020 lalu sudah ditangkap satu ekor harimau sumatra di Muara Enim yang diduga telah melukai dan membunuh beberapa warga.

Untuk harimau yang sudah ditangkap 21 Januari lalu, menurut Genman, kondisinya sehat dan perilakunya belum agresif. Untuk meneliti dan membuktikan apakah ini harimau yang membunuh warga atau bukan masih dipelajari.

Untuk sampel darah belum bisa diambil lantaran Harimau tersebut belum terlalu aktif. Setelah selesai dikaji, lanjut Genman, berkemungkinan harimau yang sudah ditangkap itu tidak akan dikembalikan ke alam. Hal itu karena sebagai antisipasi agar harimau tidak kembali melakukan hal serupa.

“Jika dilepas ke alam, bisa kembali lagi perilakunya. Besar kemungkinan akan ditempatkan di lembaga konservasi atau kebun binatang. Harimau kemarin itu masih muda, sekitar 2-3 tahun dan berkemungkinan baru terlepas dari induknya,” kata dia.

Direktur Proyek Kelola Sendang-Zoological Society of London, Damayanti Buchori mengatakan, upaya penanggulangan konflik antara manusia dan satwa liar memang harus segera dilakukan, bukan hanya oleh pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota melainkan juga semua stakeholder dan peranan masyarakat.

Berita Terbaru