Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Scottie Pippen, Dari Pembersih Lapangan ke Raja Pertahanan NBA

  • Oleh Teras.id
  • 08 Mei 2020 - 23:21 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Scottie Pippen merupakan salah satu kepingan perjalanan emas Chicago Bulls mendominasi kompetisi bola basket NBA di era 90-an.

Bersama Michael Jordan dan Dennis Roodman, Pippen berhasil membawa Bulls meraih enam gelar NBA. Selama karirnya di NBA, Pippen dikenal sebagai salah satu penembak tiga angka terbaik.

Dalam 17 tahun karirnya, Pippen memiliki persentase tembakan tiga angka berhasil sebanyak 30,3 persen atau nyaris satu dari tiga tembakannya selalu masuk ke jaring. Tapi kemampuan terbaik Pippen justru terletak di sektor pertahanan.

Dia masuk ke dalam NBA All Defensive Team sebanyak 10 kali dengan delapan diantaranya dilakukan secara beruntun. Pippen juga sempat menjadi pemain dengan steals terbanyak pada musim 1994-1995.

Bahkan, dia merupakan satu dari tiga pemain dalam sejarah NBA yang pernah mencetak 200 steals dan 100 blok dalam satu musim. Dua pemain lainnya adalah Michael Jordan dan Hakeem Olajuwon.

Raja basket Michael Jordan bahkan sempat menyebut Pippen sebagai rekan terbaik yang pernah dia temui selama berkarir di NBA. Tak hanya di dalam lapangan, menurut Jordan, Pippen juga merupakan sosok yang luar biasa dalam kehidupan personalnya. Perjalanan karir Pippen untuk menjadi bintang NBA tak mudah.

Dia bahkan mengaku tak pernah berpikiran menjadi pebasket profesional semasa kecil. Pippen kecil lahir dan tinggal di Hamburg, sebuah kota kecil di Arkansas, Amerika Serikat, bersama nenek dan kedua orang tuanya. Dia merupakan anak bungsu dari 12 bersaudara.

Ayahnya, Preston Pippen, hanya seorang pekerja di sebuah pabrik kertas di sana. Sedari kecil Pippen memang suka bermain basket di lapangan tanah dekat kediamannya. Dia menyatakan bahwa bermain basket adalah sarana agar dia diizinkan keluar rumah.

"Bola basket memberikan saya kesempatan untuk keluar rumah dan bermain," kata Pippen dalam serial film dokumentari berjudul "The Last Dance" garapan Netflix dan ESPN. Pippen bahkan mengaku sempat tak berpikiran untuk meneruskan pendidikan ke tingkat kuliah.

Pasalnya keluarganya miskin dan dia tak mendapatkan tawaran bea siswa setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA).

Berita Terbaru