Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

2 Kecamatan di Surabaya Catat Kasus Covid-19 Tertinggi di Jatim

  • Oleh Teras.id
  • 24 Mei 2020 - 16:20 WIB

TEMPO.CO, Surabaya - Dua kecamatan di Kota Surabaya, yakni Rungkut dan Krembangan menyumbang kasus penyebaran dan penularan Covid-19 tertinggi di Jawa Timur.

Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Kota Surabaya pada Kamis, 21 Mei 2020, ia menyebutkan, terdapat 10 kecamatan di Surabaya dengan kasus tertinggi. Yaitu Kecamatan Rungkut 180 kasus, Krembangan 172, Tambaksari 101, Sawahan 87, Wonokromo 85, Gubeng 76, Bubutan 73, Mulyorejo 58, Tegalsari 55, dan Sukolilo 54 kasus.

Sedangkan di tingkat kelurahan, 10 kasus tertinggi ada di Kelurahan Kemayoran 113 kasus, Kalirungkut 75, Kedung Baruk 61, Jepara 40, Ngagel Rejo 39, Banyu Urip 37, Mojo 31, Morokrembangan 27, Mulyorejo 26, dan Ketintang 24 kasus.

Dari data tersebut wilayah di Kecamatan Rungkut dan Kecamatan Krembangan ditetapkan sebagai dua kecamatan tertinggi kasus penyebaran di Surabaya.

Camat Rungkut Surabaya, Yanu Mardianto, mengatakan saat awal pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Surabaya, mereka sudah sosialisasi kepada masyarakat. Baik itu di wilayah perkampungan, perumahan, pasar maupun pertokoan.


"Kami sosialisasi kepada pemilik warung dan pengusaha terkait aturan apa saja yang boleh dan tidak saat PSBB. Khususnya protokol kesehatan yang harus disiapkan, oleh tempat usaha yang boleh buka ketika PSBB," kata Yanu, Ahad, 24 Mei 2020.

Namun, kata dia, kecamatan menemui berbagai kendala di lapangan seperti halnya ada orang diajak berkomunikasi bisa memahami, namun ada pula yang masih merasa acuh.

Meski begitu, kata dia, kecamatan tak menyerah untuk tetap menyampaikan kewajiban kepada masyarakat. "Kewajiban kita tetap menyampaikan sosialisasi kepada masyarakat agar mereka paham terhadap aturan-aturan PSBB. Ketika ada yang melakukan pelanggaran juga kita tindak," ujarnya.

Hal sama juga dialami Camat Krembangan Agus Tjahyono. Ia mengatakan pada saat pihaknya bersama Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya menggelar tes cepat (rapid test) massal, rupanya banyak warga yang tiba-tiba menghilang dari rumahnya.

"Jadi pada saat tes cepat banyak yang hari H itu mereka menghilang dari kampungnya. Ibaratnya sekitar 50 orang ikut tes cepat pada saat itu, yang datang itu hanya sekitar 30 orang. Jadi 20 di antaranya itu ternyata saat kami cari di rumahnya tidak ada," kata Agus.

TERAS.ID

Berita Terbaru