Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Relawan Uji Klinis Vaksin Covid-19 Sinovac Disuntik Dua Kali

  • Oleh Teras.id
  • 07 Agustus 2020 - 13:30 WIB

TEMPO.COBandung - Ketua tim peneliti uji klinis vaksin Covid-19 Sinovac dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadajaran Kunandi Rusmil mengatakan relawan uji klinis fase 3 vaksin Covid-19 dari perusahaan Sinovac asal Tiongkok akan menerima penyuntikan vaksin sebanyak dua kali. “Selang 14 hari. Hari ini disuntik, dua minggu kemudian disuntik,” kata dia, di Bandung, Kamis, 6 Agustus 2020.

Kusnandi mengatakan, imunigenitas relawan akan muncul maksimal 2 minggu setelah penyuntikan vaksin yang kedua. Pada dua minggu setelah penyuntikan kedua, tim uji klinis akan mengambil sampel darah untuk memeriksa imunigenitasnya. “Diambil darahnya, dilihat zat antibodi yang terbentuk. Kadarnya,” kata dia.

Kusnandi mengatakan, dari pengujian vaksin Sinovac yang dilakukan di Tiongkok, 97 persen relawan yang mendapat suntikan vaksin tersebut akan memiliki antibodi untuk melawan Covid-19. “Itu antibodi terhadap penyakit yang disuntikkan. Memang spesifik. Pasti dia kebal kalau itu terbentuk,” kata dia.

Kusnandi mengatakan, kendati antibodi terbentuk, tetap saja relawan diminta tetap menerapkan protokol kesehatan, seperti menggunakan masker. “Tetap sama. Sekarang ini kan masih ada semua. Nanti semua kalau sudah kebal, namanya kita tidak tahu kapan semua kebal, itu bisa gak pakai masker lagi. Tapi sekarang kan nggak,” kata dia.

Kusnandi mengatakan, mendapat suntikan vaksin, dan memiliki antibodi melawan Covid-19, tidak berarti melepaskan penerapan protokol kesehatan. “Penduduk Indonesia ada berapa, 260 juta. Gak bisa sekaligus semua disuntik. Yang disuntik itu orang-orang produktif dulu, yang berumur 18-59 tahun, yang kerja. Supaya mereka bisa kerja, supaya negara kita ini jalan, jangan pada sakit,” kata dia.

Kusnandi mengatakan, situasi ideal ketika protokol kesehatan Covid-19 bisa dilepaskan saat herd imunity terbentuk. “Mayoritas herd imunity efektif itu, (yang kebal) di atas 70 persen. Itu dijangkau oleh vaksin. Kalau sekarang belum bisa karena jumlah vaksin kurang,” kata dia.

Kusnandi mengatakan, saat vaksin Covid-19 bisa digunakan, tetap harus dipilih dulu prioritas kelompok yang mendapatkan vaksin mengikuti produksi vaksinnya. Dengan kapasitas produksi vaksin Covid-19 yang ada saat ini, 120 juta dosis per tahun, baru 4 tahun situasi herd imunity efektif terbentuk. “Kita akan punya herd imunity mungkin dalam 3-4 tahun. Sekarang tetap aja pakai masker, jaga jarak, segala macam,” kata dia.

Kusnandi mengatakan, relawan yang bersedia mengikuti uji klinis akan dipantau dalam 6 bulan. Selama masa tersebut, setiap relawan akan diminta datang memeriksakan diri 4 kali setelah penyuntikan vaksin. Setiap jadwal pemeriksaan, relawan akan diambil sampel darah dan melakukan pemeriksaan Covid-19.

Kusnandi mengatakan, uji klinis dinyatakan berhasil jika 3 indikator terpenuhi. “Berhasil kalau dia (relawan) mempunyai imunigenitas yang tinggi, keamanan yang tinggi, dan evikasi yang tinggi. Itu masing-masing ada standarnya,” kata dia.

Keamanan, misalnya, dilihat dari munculnya reaksi lokal dan reaksi sistemik setelah penyuntikan vaksin Covid-19. “Reaksi lokal itu bengkak di tempat suntikan, merah di tempat suntikan, itu reaksi lokal. Kalau sistemik itu dia panas badan, itu dilihat. Nah pada vaksin ini, dia itu panas badan kemudian bengkak itu ada 30 persen, dan menghilang pada dua hari, setelah itu gak ada lagi. Itu normal,” kata Kusnandi.

Berita Terbaru