Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Kampanye Anti Sawit dan Fakta Sebenarnya

  • Oleh Testi Priscilla
  • 23 Oktober 2020 - 08:00 WIB

BORNEONEWS, Palangka Raya - Kampanye anti-sawit mengenai sustainability sebenarnya diwarnai nuansa politis. Hal ini dikatakan Ketua Bidang Sustainability pada Gabungan Pengusaha Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau GAPKI, Dr Bandung Sahari dalam kegiatan Fellowship Journalist Batch II yang dilaksanakan secara virtual atas kerjasama Jurnalisme Profesional Untuk Bangsa atau JProf dan BPDP-KS di bawah Kementerian Keuangan pada Rabu-Kamis, 21-22 Oktober 2020.

"Kampanye anti-sawit yang seringkali kita dengar sejak tahun 1980 sampai 2018/2019 selalu saja memojokkan. Mulai tahun 1980 minyak sawit disebut-sebut mengandung kolesterol dan kebun sawit penyebab polusi serta merusak lingkungan," kata Bandung dalam paparannya.

Tahun 1990-2000 juga menurut Bandung isu ini berkembang menjadi anggapan bahwa kebun sawit menjadi penyebab habisnya orangutan dan hilangnya biodiversity. Isu ini berkembang cepat di tahun 2010-2015 dengan arah kebun sawit sebagai pelaku utama deforestasi dan membuka lahan gambut sehingga terbakar. Ditambah lagi industri sawit dituduh sebagai penyebab kerusakan iklim dunia dan dikaitkan dengan deforestasi dan ILUC EU yang akan menghapus biodiesel sawit dari pasar Eropa.

"Fakta pertama yang bisa kita lihat adalah minyak sawit dan produk olahannya telah mendominasi pasar minyak nabati global dengan pangsa pasar sekitar 31,20% di tahun 2017/2018. Pangsa pasar ini meningkat sekitar 85% dibandingkan 1997/98. Dan Indonesia merupakan produsen sawit terbesar di dunia. Seperti kita tahu, semakin besar kita, maka semakin ditakuti Indonesia ini oleh dunia," tegasnya.

Fakta lainnya, lanjut Bangun, ialah Indonesia tidak termasuk dalam 10 negara dengan kebakaran lahan terbesar di dunia tahun 2019.

"Tetapi kok negara luar suka sekali membicarakan kebakaran yang terjadi di Indonesia Padahal masuk dalam daftar 10 negara itu saja tidak, ada apa Kita bisa lihat ya bagaimana berbagai pihak ingin menjatuhkan Indonesia yang kaya," tutur Bandung lagi kepada 29 awak media yang menjadi peserta kegiatan tersebut.

Bangun menjelaskan dengan rinci isu yang berkembang serta fakta yang terjadi pada sektor kelapa sawit di Indonesia. Yang pertama adalah isu deforestasi, faktanya, Indonesian Sustainable Palm Oil System atau ISPO yang merupakan suatu kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian, sangat memperhatikan pengelolaan Kawasan Lindung serta aturan untuk tidak membuka di kawasan hutan. Ditambah lagi dengan adanya peraturan tentang moratorium sawit.

"Kedua, isu pengelolaan lahan gambut. Faktanya, ISPO selalu melakukan pemantauan tinggi muka air tanah dan mendapat Best Practice pengelolaan gambut lestari," jelasnya.

Isu ketiga yang juga sangat sering dilontarkan ialah terkait Hak Asasi Manusia atau HAM. Padahal faktanya dengan ISPO hak-hak dan benefit bagi karyawan serta kebebasan berserikat sangat dilindungi. (TESTI PRISCILLA/B-5)

Berita Terbaru