Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Akademisi Jelaskan Kaitan Letusan Gunung Api dengan Pemanasan Global

  • Oleh ANTARA
  • 22 Januari 2021 - 10:40 WIB

BORNEONEWS, Jakarta - Volkanolog Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung (ITB) Dr Eng Mirzam Abdurrachman, ST MT menjelaskan kaitan antara letusan gunung api dengan pemanasan global atau global warming.

"Letusan gunung api dapat menyebabkan terjadi pemanasan global (global warming). Hal ini disebabkan karena pada saat gunung api meletus, tidak hanya abu vulkanik yang dikeluarkan, tetapi juga kadang-kadang mengeluarkan gas," kata Mirza Abdurrachman dalam siaran pers Humas ITB, Kamis.

Mirza menuturkan ada dua yang tipe gas yang secara signifikan dikeluarkan gunung api, yaitu gas CO2 dan SO2.

"Ketika CO2 keluar maka terjadi efek rumah kaca. Panas yang masuk ke Bumi tertahan tidak bisa keluar lagi sehingga terjadi global warming. Tetapi kalau SO2 yang keluar itu sebaliknya, gas ini seperti payung jadi panas dari matahari tidak bisa masuk maka letusan Tambora letusan Toba dan beberapa gunung api besar yang mengeluarkan SO2, menurunkan temperatur Bumi sampai beberapa tahun kemudian," ujarnya.

Lantas bagaimana dengan gunung api di Indonesia Menurut Dr Mirzam, karena Indonesia berada di negara tropis, pengaruh faktor pemanasan global sangat kecil sekali karena Indonesia tidak punya gunung api yang tertutup es.

Akan tetapi, letusan gunung api di Indonesia bisa mempengaruhi pemanasan global ketika gunung-gunung api itu meletus bersamaan dan mengeluarkan gas CO2 secara signifikan.

Di awal tahun 2021 ini, sejumlah gunung api yang ada di Indonesia mengalami kenaikan aktivitas vulkanik, misalnya Gunung Merapi, Gunung Semeru, Gunung Sinabung, dan lain-lain.
 

Lantas mengapa gunung api tersebut bisa aktif dan meletus, dan apakah ada pengaruh terhadap pemanasan global. Menurut Dr Mirzam terdapat tiga faktor utama mengapa gunung api bisa meletus, yaitu pertama karena kondisi di bawah dapur magma, kedua kondisi di dalam dapur magma, dan ketiga kondisi di atas dapur magma atau permukaan gunung.

“Jadi pada prinsipnya gunung api meletus itu terjadi karena ada ketidakstabilan di dalam dapur magma. Karena ketidakstabilan tersebut kemudian dikonversikan menjadi letusan,” ujarnya.

Dr Mirzam menjelaskan faktor pertama, yaitu kondisi di bawah dapur magma. Hal ini berkaitan dengan adanya pasokan (supply) magma baru. Proses tersebut berkaitan dengan proses geologi di mana adanya subduksi, palung, adanya pemekaran lantai samudra, dan terdapat titik panas.

Selama proses tektonik tersebut bekerja maka proses pembentukan pasokan magma baru akan terjadi.

“Akibatnya ketika magma baru itu terbentuk dia bergabung dengan magma yang sudah ada di dalam dapur magma. Nah ketika terjadi kelebihan volume maka kelebihannya itu harus dikeluarkan sehingga terjadilah erupsi,” ungkapnya.

Ia menegaskan, bahwa erupsi yang disebabkan oleh faktor pertama sifatnya siklus, yang bisa dipelajari, ada rentang waktunya, dan volumenya relatif sama.

Selanjutnya, untuk proses yang kedua adalah yang terjadi di dalam dapur magma. Menurut Dr. Mirzam, hal ini berkaitan dengan jumlah magma yang terdapat di dalamnya dan di dalam ruang itu, magma mengkristal karena suhu menurun.

Berita Terbaru