Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Menapaki Upaya Pengembangan EBT

  • Oleh ANTARA
  • 25 Desember 2022 - 15:20 WIB

BORNEONEWS, Jakarta  - Bencana alam yang disebabkan oleh cuaca ekstrem menimbulkan malapetaka bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Bencana hidrometeorologi, seperti curah hujan ekstrem, angin kencang, banjir, kekeringan, puting beliung dan bencana lainnya, akibat cuaca ekstrem telah merusak banyak infrastruktur dan merenggut banyak sekali korban jiwa.

Berbagai bencana tersebut tidak hanya terjadi akibat kejadian alam biasa, tetapi juga diakibatkan oleh perubahan iklim yang dipicu oleh peningkatan suhu bumi, yang salah satunya diakibatkan oleh peningkatan emisi karbon.

Banjir di Afrika Selatan yang menewaskan sekitar 461 orang, kekeringan di Afrika Timur yang menyebabkan kematian lebih dari 200 orang, badai tropis megi yang membunuh 214 orang di Filipina serta gempa di Cianjur, Indonesia, yang merenggut 334 nyawa merupakan beberapa bukti di antara banyaknya bencana akibat perubahan iklim yang terjadi di seluruh dunia.

Fakta tersebut mendorong Sekretaris Jenderal (SePerserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres untuk menyerukan aksi iklim guna mendorong penurunan emisi karbon.

"Perubahan iklim merupakan persoalan lainnya di mana kabar baik sulit ditemukan. Kita masih bergerak ke arah yang salah," katanya, dalam sebuah konferensi pers akhir tahun di kantor pusat PBB di New York.

Ia menilai kesenjangan emisi global semakin besar, target 1,5 derajat sulit dicapai, sementara rencana iklim nasional banyak gagal.

Guterres mengharuskan semua penghasil emisi besar untuk melakukan upaya ekstra guna mengurangi emisi sejalan dengan target 1,5 derajat.

Sementara, banyak negara, termasuk Indonesia, saat ini telah banyak mengupayakan transisi energi dengan pengembangan energi baru terbarukan guna mencapai nol emisi.

Pengembangan

Dalam upaya mengurangi emisi gas rumah kaca dan mencapai target netral karbon pada 2060, Pemerintah Indonesia mengalokasikan investasi sebesar Rp10 triliun untuk tiga pihak, yakni PT PLN (Persero), Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH), dan PT Sarana Multigriya Finansial (Persero), dalam rangka pengembangan energi bersih.

Berita Terbaru