Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Operasi Militer Pilihan Terakhir

  • 01 April 2016 - 19:00 WIB

KEPALA Staf TNI-AD (KSAD) Jenderal TNI Mulyono menegaskan operasi militer terhadap kelompok Abu Sayyaf di Filipina, merupakan pilihan terakhir jika upaya negosiasi untuk membebaskan 10 WNI yang disandera itu mengalami jalan buntu.

'Berbagai langkah negosiasi sudah dilakukan untuk membebaskan 10 WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina itu. Jika tidak ada kesepakatan yang dicapai maka langkah terakhir adalah dengan melakukan operasi militer,' katanya di Atambua, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, Jumat (1/4/2016).

Jenderal bintang empat itu berada di perbatasan RI-Timor Leste sejak Rabu (30/3/2016) untuk melihat dari dekat kondisi prajurit TNI yang bertugas di tapal batas negara, serta meninjau beberapa pos pengamanan dan akan meninjau pasukan di Pulau Ndana Rote.

Pulau kecil yang terletak di wilayah paling selatan Indonesia yang berbatasan langsung dengan Australia itu merupakan bagian dari wilayah pemerintahan Kabupaten Rote Ndao, NTT.

Pulau ini dijaga oleh prajurit TNI dari Yonif 743/PSY dan batalyon dari Marinir.

 KSAD tidak mau bicara lebih detail soal operasi militer dimaksud, karena Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmatyo telah menyampaikan semuanya kepada media di Indonesia soal upaya pembebasan terhadap 10 WNI yang disandera Abu Sayyaf.

'Panglima TNI sudah memberikan komentar dan telah memberikan gambaran kepada semua media di Indonesia, sehingga saya merasa, tidak perlu menjelaskan lagi. Saya pikir, kita sampai di sini saja,' ujarnya.

Pemerintah Indonesia saat ini tengah berupaya untuk menyelamatkan ke 10 WNI yang disandera kelompok teroris Abu Sayyaf.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan pemerintah tengah mengupayakan pembebasan 10 ABK asal Indonesia yang disandera.

'Untuk menangani kasus ini, saya terus melakukan komunikasi dan koordinasi dengan berbagai pihak terkait di Indonesia dan Filipina, termasuk di antaranya langsung berkomunikasi dengan Menlu Filipina,' kata Menlu Retno.

Informasi disanderanya 10 ABK Indonesia itu diketahui saat seseorang yang mengaku anggota Abu Sayyaf menelepon pemilik kapal dan meminta uang tebusan Rp14,2 miliar.(ANT/B-11)

Berita Terbaru