Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Persiapan Pernikahan Adat Dayak Anak Profesor Birute Galdikas

  • Oleh Budi Baskoro
  • 23 Juli 2016 - 06:15 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Hari hampir ke ujung malam, sudah pukul 22.00 WIB. Namun, ada keriuhan yang tak biasa di sungai Desa Pasir Panjang, yang dikenal sebagai kampungnya orang Dayak, di Kota Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Jumat (22/7/2016) malam tadi.

Puluhan obor dan ratusan orang tampak berkerumun dan menceburkan diri ke sungai kecil yang masih relatif alami dan berwarna cokelat karena timbunan humus itu. Puluhan di antara mereka, tampak bukan wajah-wajah orang setempat. Ya mereka bertampang bule, dengan beberapa di antaranya berpostur tubuh lebih menjulang.

Malam itu, ternyata mereka tengah menyaksikan ritual adat membasuh beras ketan yang akan dimasak menjadi nasi lomang untuk sebuah pesta perkawinan adat Dayak. Sekitar 10 wadah layaknya ember besar yang terbuat dari anyaman rotan menampung beras yang sudah dicuci.

Banyak orang terlibat dalam kerja merondam (merendam) dan membasuh beras itu. Beras yang sudah direndam di tengah sungai, diangsur satu demi satu dengan wadah anyaman rotan secara estafet. Sejumlah orang lainnya memberikan penerangan dengan obor.  

Persis di bibir sungai, seorang yang di dunia internasional dikenal sebagai ahli primata, Birute Galdikas menyaksikan dengan seksama prosesi itu. Sesekali ia mengabadikan momen itu dengan kamera ponselnya.

Rupanya, orang yang punya gawe besar itu adalah Profesor Birute. Prosesi adat ini merupakan salah satu bagian dari persiapan pernikahan anaknya, Frederick dengan Darlene Rabena, warga Amerika Serikat.

Frederick merupakan anak Birute dari pernikahannya dengan seorang lelaki Dayak Pasir Panjang, bernama Bohap. "Karena Frederick orang Pasir Panjang," jawab pakar orangutan kelahiran Wiesbaden, Jerman, 70 tahun lalu ini saat ditanya alasannya menggelar acara nikah adat ini.

Namun, Profesor pada Simon Fraser University Kanada ini juga mengatakan pernikahan adat ini juga untuk tetap melestarikan budaya Dayak. "Frederick sudah menikah, sudah dua tahun lalu. Ini acara adatnya," jelas Birute.

Frederick pun mengatakan, ia yang meminta agar ada upacara adat perkawinannya di Pasir Panjang. Ia pun mengemukakan alasan pentingnya menjaga keberlangsungan adat Dayak. "Karena saya orang Pasir Panjang. Dan coba lihat kapan perkawinan seperti ini terakhir ada di sini. Kamu pernah melihat acara pernikahan adat di sini" ujarnya pada Borneonews.

Usai merondam dan membasuh beras ketan, selanjutnya ratusan orang di sungai itu bergerak menuju rumah ketua adat Desa Pasir Panjang, Rahing. Karnaval kecil ini sesaat meramaikan jalan raya Pasir Panjang, yang masih dikelilingi pepohonan besar dan yang sebenarnya mulai lengang itu. Suasana sekitar sungai pun kembali senyap dan gelap seperti sebelumnya.

Pesta ini akan menjadi pesta yang cukup panjang. Sesampainya di rumah adat, beras ketan yang sudah dibasuh itu ditiriskan, sampai sisa airnya tandas. Setelah itu beras ketan dimasukkan ke dalam bambu, dan kemudian dipanggang. Hasilnya, akan menjadi nasi lomang yang akan disuguhkan pada pesta keesokan harinya. Proses penggarapannya bisa dipastikan sampai dini hari.

Saat yang di dapur bekerja memasak lomang, warga lainnya tampak menari dengan iringan musik tradisional dengan klenangan di panggung tempat acara nikah dimulai besok. Warga tampak bergembira. "Ini baru persiapan, puncaknya besok," kata Kepala Desa Pasir Panjang, Tamel Otol.  

Menurut Tamel, acara ini bukan semata pernikahan adat, tapi juga pesta kebudayaan. Ia menjelaskan, sebelum prosesi puncak pernikahan adat yang dijadwalkan berlangsung Sabtu (23/7/2016) mulai pukul 15.00 WIB, juga ada acara pertunjukan tari pedalaman, musik karungut, dan tarian pesisir.

Pada acara puncaknya, Kepala Adat Dayak Pasir Panjang, Rahing, akan memimpin prosesi pernikahan ini. Pengantin nantinya akan diarak dari rumah kepala adat menuju balai adat di Rumah Betang, tepi Jalan Pasir Panjang.

Yang tertarik, bisa datang langsung untuk mengabadikan momen langka ini. (Budi Baskoro/B-10)

Berita Terbaru