Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Antisipasi Kebakaran Hutan 2017

  • Oleh Penulis Opini
  • 05 Oktober 2017 - 22:50 WIB

BORNEONEWS- Kebakaran hutan. Apakah yang pertama sekali pembaca bayangkan ketika mendengar kebakaran hutan Polusi udara dikarenakan asap ada di mana-mana Gangguan pernapasan yang disebabkan oleh asap Hutan yang awalnya tampak hijau menjadi hangus

Kalau bagi penulis, penulis membayangkan bagaimana bencana kebakaran hutan yang lalu telah merenggut beberapa nyawa termasuk anak kecil disebabkan gangguan pernapasan yang disebabkan asap, tentu pembaca pun masih mengingat peristiwa tersebut.

Bencana kebakaran hutan yang terjadi pada 2015 lalu terjadi hampir di setiap daerah di Indonesia. Peristiwa itu sempat membuat masyarakat dan pemerintah Indonesia kewalahan.

Pertanyaan bagi kita adalah apakah penyebab kebakaran hutan tersebut hingga menimbulkan bencana yang sangat menyusahkan bagi masyarakat Apakah pembaca mengetahuinya

Kalau pembaca belum mengetahuinya, saya akan coba menjelaskannya kepada Anda. Penyebab kebakaran hutan antara lain, pertama faktor alam, di mana kebakaran hutan biasanya terjadi pada saat musim kemarau. Saat musim kemarau akan terjadi gejala El Nino yang diakibatkan oleh naiknya suhu permukaan laut di Pasifik. Bila kenaikan suhu permukaan laut lebih dari 1,5 derajat celcius, Indonesia akan mengalami El Nino kuat yang berakibat timbulnya kekeringan.

Beruntungnya, menurut Deputi Klimatologi BMKG, perkembangan El Nino hingga Agustus 2017 masih berada dalam status lemah. Kondisi ini juga akan terjadi hingga akhir tahun dan menunjukkan kondisi kemarau relatif netral.

Kedua, faktor kesengajaan manusia. Walaupun perkembangan El Nino saat ini menunjukkan kondisi kemarau relatif normal, bukan inilah penyebab utama terjadinya kebakaran hutan. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) 90% kebakaran hutan terjadi disebabkan adanya kesengajaan dari manusia. Hutan sengaja dibakar untuk melakukan pembersihan dan perluasan lahan.

Pembakaran hutan dilakukan oleh kelompok yang bekerja secara sistematis untuk mendapatkan keuntungan baik dari penyumbang dana maupun pihak yang meminta pembukaan lahan. Oleh sebab itu, yang perlu dikhawatirkan adalah maraknya pembakaran hutan yang dilakukan oleh oknum yang berkepentingan.

Pemerintah tentu telah menyiapkan langkah antisipasi bila kebakaran hutan kembali melanda negeri ini. Pemerintah telah melakukan monitoring titik panas di wilayah Indonesia dan telah menyiapkan fasilitas pendukung bila kebakaran hutan terjadi. Namun, saat ini dibutuhkan partisipasi aktif masyarakat dalam mengantisipasi kebakaran hutan.

Partisipasi inilah yang tentunya lebih berperan besar dalam menghidari bencana ini. Kesadaran masyarakat sangat dibutuhkan untuk turut menjaga hutan agar tidak dihanguskan pemegang kepentingan.

Kesadaran yang paling utama dan dibutuhkan dari masyarakat adalah kesadaran untuk tidak melakukan pembakaran hutan secara sembarangan ataupun secara sengaja. Selain itu, masyarakat juga dapat membantu petugas dalam melakukan pengawasan dan patroli di kawasan hutan serta melakukan pengaduan kepada petugas bila menemukan oknum yang melakukan pembakaran hutan.

Kesadaran dan partisipasi masyarakat lah yang tentunya diharapkan dapat mencegah terjadinya bencana ini. Tentu kita tidak menginginkan peristiwa pada tahun 2015 yang lalu kembali terulang di mana terdapat 260 ribuan hektare hutan dan lahan habis dilahap api.

Kita bisa bayangkan bagaimana susahnya keadaaan saat itu, di mana masyarakat tidak dapat bekerja, anak-anak tidak dapat berangkat ke sekolah, banyaknya masyarakat yang terkena penyakit gangguan pernapasan bahkan sampai ada saudara kita yang meninggal akibat penyakit tersebut.

Meski gejala El Nino tidak terlalu mengancam hutan, akankah tangan kita sendiri yang akan mengancam hutan kita Kita tidak tahu, mungkin kita sendiri atau bahkan keluarga kita lah yang akan menjadi korban selanjutnya bila kebakaran hutan terjadi lagi. Mari kita jaga hutan, mari kita jaga orang-orang terdekat kita.

Penulis: Yanuar Manurung, mahasiswa Pascasarjana FISIP Universitas Indonesia

Berita Terbaru