Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Hitung-hitungan Jika Indonesia Stop Ekspor CPO ke Eropa

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 19 April 2017 - 18:00 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Setelah Parlemen Eropa mengesahkan resolusi tentang sawit, Indonesia terpaksa menyiapkan berbagai langkah antisipasi agar produk sawit tetap bisa menjadi komoditas andalan.

Salah satu reaksi pemerintah atas disahkannya resolusi itu adalah ancaman untuk menghentikan ekspor minyak sawit ke kawasan Uni Eropa. Untuk diketahui, pasar Uni Eropa menjadi pasar ekspor utama produk sawit Indonesia dan Malaysia, terutama untuk mendukung program biodiesel mereka.

Analis DBS Vickers Securities, Ben Santoso, dalam risetnya menyampaikan asumsi jika sampai Indonesia menghentikan ekspor CPO ke Uni Eropa.

Dalam skenario di mana Indonesia memangkas ekspor CPO ke Eropa sebesar 2,5 juta metrik ton, Ben menghitung bahwa bea keluar perlu dinaikkan sebesar hampir 85% untuk meningkatkan bahan campuran biodiesel itu menjadi 5,6 juta metrik ton.

Skenario ini bakal memukul para petani plasma sawit karena kebanyakan dari mereka menjual hasil panen berupa tandan buah segar.

Untuk saat ini Ben yakin penghentian ekspor sawit ke Eropa secara total tidak akan dilakukan.

Tapi jika itu terjadi, katanya, restriksi perdagangan akan memiliki konsekuensi inflasioner, baik secara langsung maupun tidak langsung, terhadap harga CPO dan minyak nabati pesaing sawit.

"Kondisi ini akan mempengaruhi semua petani, apakah mereka menjual langsung atau tidak ke Eropa," imbuh Ben.

Sebelumnya, Menteri Amran mendesak para produsen minyak sawit dalam negeri untuk menghentikan ekspor komoditas andalan ini ke Uni Eropa sebagai aksi balasan atas disahkannya resolusi tentang sawit yang menuding industri sawit di Asia Tenggara sebagai pemicu berbagai masalah, seperti deforestasi, korupsi, pekerja anak, pelanggaran hak asasi manusia (HAM), penghilangan hak masyarakat adat, dan perusakan lingkungan.

Sementara untuk mengantisipasi penurunan volume ekspor minyak sawit, Indonesia akan menerapkan program biodiesel B-30, yakni memproduksi diesel dengan kandungan sedikitnya 30% bahan campuran berbasis minyak sawit.

Jika program ini diterapkan, industri biodiesel nasional akan membutuhkan 13 juta metrik ton minyak sawit, sehingga dapat menutupi penurunan akibat penghentian ekspor ke Uni Eropa.

Pada 2016, Indonesia adalah pengekspor minyak sawit terbesar ke Eropa, yakni sekitar 5 juta metrik ton dari total impor kawasan tersebut yang mencapai tujuh juta metrik ton. (NEDELYA RAMADHANI/m)

Berita Terbaru