Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

GAPKI Yakin Resolusi Sawit Tak Ubah Perjanjian Dagang Internasional

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 08 Mei 2017 - 11:06 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Pelaku industri kelapa sawit nasional tetap melihat Benua Biru sebagai salah satu pasar ekspor strategis produk sawit, meskipun parlemen Eropa mengesahkan resolusi yang melarang penggunaan biodiesel berbasis sawit.

"Indonesia memiliki peran yang besar dalam pemenuhan kebutuhan biofuel Eropa. Sawit Indonesia itu menyumbang lebih dari 20% kebutuhan Uni Eropa," kata Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Togar Sitanggang, di Jakarta, Senin (8/5/2017).

Produsen sawit domestik, menurut Togar, masih mempercayai hasil resolusi Parlemen Uni Eropa tidak serta merta mengubah pakta perjanjian perdagangan internasional yang sudah terjalin.

"Kami percaya betul resolusi parlemen itu tidak legally binding terhadap ketentuan perdagangan di negara-negara Uni Eropa. Perlu dicatat juga sebenarnya industri sawit Indonesia tidak terlalu terpaku kepada pasar Eropa, karena negara tujuan ekspor sawit yang utama itu masih India," papar dia.

Di sisi lain, Malaysia yang juga mengandalkan sawit sebagai komoditas ekspor, telah melakukan negosiasi dengan Uni Eropa (UE) untuk menerapkan kerjasama perdagangan bebas (FTA), yang di antaranya mencakup isu resolusi sawit, terutama penerapan sertifikasi tunggal produk sawit dan penghapusan pemakaian minyak sawit dalam program biodiesel kawasan itu pada 2020.

Deputi Menteri Perdagangan Internasional dan Industri Malaysia, Datuk Chua Tee Yong, seperti dikutip The Borneo Post, mengatakan bahwa meski resolusi itu tak mengikat bagi negara-negara di kawasan Uni Eropa, namun Malaysia melihat masalah ini dengan sangat serius. Pasalnya, minyak sawit merupakan komoditas ekspor andalan bagi Malaysia, selain juga menjadi lahan mencari penghidupan bagi sekitar 500.000 petani kecil.

Dengan dimulainya kembali negosiasi FTA, katanya, akan ada beberapa isu yang dapat memastikan resolusi tersebut tidak akan mengganggu perdagangan antara kedua belah pihak.

Secara rata-rata, Uni Eropa mengimpor antara 7 juta ton hingga 7,5 juta ton minyak sawit per tahun.

Pada 2016, Malaysia menyumbang 29,4% dari total impor minyak sawit Uni Eropa, sedangkan Indonesia sebesar 48,6%. (NEDELYA RAMADHANI/m)

Berita Terbaru