Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Ketua Apkasindo Kalteng Prihatin Anjloknya Harga TBS Sawit

  • Oleh Abdul Gofur
  • 03 Desember 2018 - 18:06 WIB

BORNWONEWS, Kasongan - Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Provinsi Kalteng, Kariyadi prihatin dengan masih anjloknya harga tandan buah segar (TBS) sawit sejauh ini.

"Kita prihatin, semua petani kelapa sawit yang ada di Indonesia termasuk Kalteng merasakan dampaknya dari terpuruknya harga kelapa sawit yang murah sejauh ini," tutur Ketua Apkasindo Provinsi Kalteng, Karyadi di kediamannya Jalan Trans Kalimantan Km1 Kasongan Kabupaten Katingan, Senin (3/12/2018).

Menurut Karyadi yang saat ini juga menjabat anggota DPRD Kabupaten Katingan ini, dalam kurun beberapa tahun terakhir ini perkebunan kelapa sawit men­jadi andalan ekonomi bagi seba­gi­an besar masyarakat di Indonesia ter­utama di pulau Kali­man­­tan, termasuk Kalteng maupun wilayah Katingan.

Kariyadi menuturkan, meningkatnya permintaan pa­­sar dunia turut mengubah nasib ribuan petani sawit menjadi lebih mak­mur dan sejahtera. 

Namun, euforia ke­­gemilangan ekonomi kelapa sawit ter­sebut seolah terhenti seketika, ketika tiba-tiba harga kelapa sawit anjlok. 

Anjloknya harga kelapa sawit di ting­kat petani dirasakan begitu memukul ekonomi yang selama ini menjadi sumber utama mencari nafkah.

"Ya, masyarakat awam beranggapan anjloknya harga sawit akibat efek pas­ca lebaran berkaitan dengan pem­bayaran THR serta dampak dari Pil­kada serentak. Tapi, pangkal per­soa­lan sebenarnya yang menye­babkan harga sawit anjlok adalah kebijakan Uni Eropa (UE) yang menyetop impor produk sawit Indonesia tepatnya pada Rabu, 17 Januari 2018 lalu di Prancis. Dan par­­lemen UE dalam sesi pleno berse­pa­­­kat menghapuskan (phase out) peng­­gunaan produk sawit lewat meka­nisme pemungutan suara terkait energi ter­­barukan (renewable sources)," katanya. 

"Ke­putusan diambil berisikan penghapusan penggunaan produk kelapa sawit pada 2021 dan bahan bakar alami de­­ngan bahan dasar tanaman, ter­ma­suk kelapa sawit," imbuhnya.

Faktor lainnya adalah perang da­gang antara Amerika Serikat (AS) de­­­ngan Tiongkok, yang mengaki­bat­kan Tiongkok mengalami krisis ber­buntut pengurangan impor produk sawit. 

Pemicu lainnya adalah kebija­kan India menaikkan tarif impor CPO (crude palm oil) dari 7,5 persen men­jadi 15 persen bahkan ada rencana ter­baru  bahwa pihak India akan me­naik­kan hingga 44 persen.

Berita Terbaru