Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Sampoerna Agro Pacu Penjualan Atasi Lesunya Harga CPO

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 04 Desember 2018 - 13:08 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Emiten perkebunan PT Sampoerna Agro Tbk. (SGRO) menyatakan akan memaksimalkan penjualan sebagai upaya memacu pendapatan di tengah melesunya harga minyak sawit mentah (CPO).

"Kami akan memaksimalkan kegiatan penjualan pada kuartal IV tahun ini kendati harga CPO turun," kata Head of Investor Relations Sampoerna Agro, Michael Kesuma, di Jakarta, Selasa (4/12/2018). 

Michael berharap stok CPO yang ada sebelumnya juga dapat dilepas ke pasar.

"Optimalisasi kinerja perkebunan dan memacu penjualan akan dilakuan perseroan. Ke depannya, volume produksi CPO global diperkirakan menurun dan tingkat permintaan pulih. Namun, volume persediaan yang tinggi masih membayangi laju harga," papar dia.

Pada awal pekan ini, harga CPO mendapatkan tekanan dari ekspektasi melambungnya stok minyak kelapa sawit Malaysia di penghujung 2018. Produksi Indonesia dan Malaysia memang diekspektasikan meningkat di dua bulan terakhir tahun ini, sesuai dengan pola musimannya.

Di saat produksi sedang kencang, permintaan malah cenderung lesu. Ekspor produk minyak kelapa sawit Malaysia dilaporkan turun 2,6% secara bulanan (month-to-month/MtM) ke 1,04 juta ton pada periode 1-25 November, berdasarkan survei kargo yang dilakukan Intertek Testing Services.

Dari survei lainnya yang dilakukan oleh Societe Generale de Surveillance (SGS), ekspor minyak kelapa sawit Negeri Jiran juga tercatat melemah 1% MtM ke 1,07 juta ton di periode yang sama.

Kedua hasil survei tersebut menunjukkan bahwa ekspor minyak kelapa sawit negeri jiran itu belum mampu pulih pasca-melemah sebesar 14,1% MtM pada Oktober. Lesunya permintaan ini lantas mengonfirmasi kekhawatiran pelaku pasar akan permintaan yang loyo hingga akhir tahun ini.

Penyebab lesunya permintaan adalah stok minyak kedelai di India (importir CPO terbesar dunia) yang sedang tinggi-tingginya, sehingga mengurangi permintaan CPO. Sedangkan permintaan dari Eropa dan China juga berkurang karena berlangsungnya musim dingin. 

Sebagai catatan, minyak kelapa sawit akan memadat pada cuaca yang dingin. Pelemahan harga CPO kemudian diperparah oleh kebijakan pemerintah Indonesia yang menetapkan pungutan ekspor CPO menjadi US$0 per ton alias dinolkan, menyusul harga komoditas ini yang merosot. (NEDELYA RAMDHANU/m)

Berita Terbaru