Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Terdapat Aturan Adat Mengatur Seseorang Bawa Senjata Tradisional di Bumi Kalimantan

  • Oleh Tim Borneonews
  • 02 Februari 2020 - 19:45 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Walaupun senjata tradisional Mandau merupakan identitas adat suku Dayak, namun dalam hal penggunaan dan membawanya tetap ada aturan adat yang mengaturnya.

Aturan adat tersebut juga berlaku bagi seluruh senjata tradisonal dari beragam suku di Indonesia yang tinggal dan hidup di Kalimantan.

Mantir Adat yang juga menjadi Ketua Majelis Adat Dayak Tomun Yonas Pentan, di Kantor Sekretariat Dewan Adat Dayak (DAD) Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) Jalan Natai Arahan, Kelurahan Sidorejo Pangkalan Bun, Minggu, 2 Februari 2020  menjelaskan tentang aturan tersebut, Minggu, 2 Februari 2020 

"Dalam musyawarah Adat Dayak yang digelar 14-15 April 2001 di Palangka Raya diputuskan memang boleh membawa mandau. Namun saat dibawanya tentunya dalam konteks atau kegiatan adat tertentu. Misalnya acara adat Tiwah atau Potong Pantan," jelas Yonas Pentan.

Aturan tersebut, lanjut Yonas Pentan, bukan hanya terbatas senjata tradisional khas suku Dayak yaitu Mandau saja, namun juga senjata tradisional dari suku lainnya di Indonesia yang tinggal di Kalimantan.

"Sebagai gambaran, dulu waktu saya berjalan dari desa saya di Kinipan, menuju desa lain hingga ke Kalbar, saat saya singgah ke rumah warga setempat, sesuai aturan yang ada tentunya saya meminta izin dan permisi dulu sebelum masuk rumah," jelas Yonas Pentan. 

Kemudian berdasarkan aturan adat, menurut Yonas Pentan, Mandau yang ia bawa diletakkan dulu di teras rumah orang yang ia singgahi tersebut. 

"Mandau itu bisa saya bawa masuk rumah, bila pemilik rumah mengizinkan Mandau yang saya bawa untuk masuk rumah," jelas Yonas Pentan.

Karena, menurut Yonas Pentan, suku Dayak membawa Mandau tentunya memang sesuai keperluannya dan bukan sebagai ajang gagah-gagahan saja, apalagi membuat orang lain menjadi takut.

"Pelanggaran terhadap aturan tersebut tentunya bakal dikenai sanksi adat atau yang menurut suku Dayak Tomun disebut Kamoh. Hal inilah yang harus dipahami oleh semua pihak agar menghindari kesalahan tafsir dalam hal penggunaan dan membawa senjata tradisional tersebut," jelas Yonas Pentan. (TIM BORNEONEWS)

Berita Terbaru