Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

WHO Buatkan Aplikasi Pelacakan Covid-19 untuk Negara Tertinggal

  • Oleh Teras.id
  • 10 Mei 2020 - 21:30 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berencana meluncurkan aplikasi berbasis bluetooth untuk pelacakan penularan Covid-19. Aplikasi ini diharap bisa dimanfaatkan orang-orang di negara-negara yang kekurangan sumber daya. 

Kepala Informasi WHO, Bernardo Mariano, mengatakan bahwa aplikasi itu sekaligus akan menawarkan panduan COVID-19, seperti tes corona, yang akan dipersonalisasi sesuai dengan negara pengguna. Negara-negara dipersilakan menambahkan fitur dan merilis versi mereka sendiri nantinya.

Mariano menunjuk model aplikasi yang dikembangkan di India, Australia dan Inggris. Aplikasi memiliki fitur memberi tahu penggunanya untuk melakukan tes berdasarkan gejala, selain mencatat pergerakan orang-orang untuk memungkinkan pelacakan kontak yang lebih efisien.

Beberapa negara meningkatkan pelacakan kontak atau proses menemukan, menguji dan mengisolasi individu yang berpapasan dengan individu yang tertular. Hal itu dipandang penting untuk bisa memutuskan apakah sudah waktunya memulai kembali aktivitas ekonomi. 

WHO berharap aplikasinya dapat menolong negara-negara di Amerika Selatan dan Afrika di mana jumlah kasus Covid-19 meningkat. "Aplikasi ini benar-benar bernilai untuk negara yang tidak memiliki apa-apa, yang tidak mampu menyediakan aplikasi dan sistem kesehatan yang rapuh," kata Mariano seperti dikutip dari Reuters, Sabtu 9 Mei 2020.

Insinyur yang mengembangkan aplikasi tersebut, termasuk beberapa yang sebelumnya bekerja di Google dan Microsoft. Mereka mendesain aplikasi tersebut secara open-source.

Beberapa anggota tim menolak berkomentar. Tapi Mariano mengatakan ingin memasukkan tool tambahan di luar pemeriksa gejala, termasuk panduan mandiri untuk perawatan kesehatan mental. Tim tersebut juga sedang mempertimbangkan fitur penelusuran kontak.

Mariano juga mengungkap para insinyur telah berbicara dengan pembuat sistem operasi smartphone, seperti Apple dan Google, tentang kemungkinan mengadopsi teknologi yang rencananya akan dirilis bersama pada bulan ini. "Teknologi itu bergantung pada "jabat tangan" atau pertemuan virtual antar-ponsel dalam jarak beberapa meter satu sama lain selama setidaknya lima menit," katanya.

Ponsel menyimpan catatan pertemuan itu, kemudian memungkinkan seseorang yang positif untuk secara anonim mengirim pemberitahuan ke kontak terbaru tentang kemungkinan terpapar virus. Namun, Mariano mengatakan ada pertimbangan hukum dan privasi yang membuat WHO tidak menjalankan fitur tersebut.

Dia menyatakan keprihatinannya tentang banyak bisnis yang mengumpulkan data pribadi untuk keuntungan semata. "Kami ingin memastikan kami memagari semua risiko di sekitarnya," kata Mariano.

Apple dan Google telah mengatakan sistem mereka tidak akan menggunakan data apa pun untuk keperluan lain dan akan dihentikan ketika pandemi Covid-19 berakhir. (TERAS.ID)

Berita Terbaru