Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Budaya Ewuh Pakewui dan Klaster Keluarga

  • Oleh ANTARA
  • 05 Februari 2021 - 13:50 WIB

BORNEONEWS, Jakarta  - Suasana pertemuan keluarga besar yang semula diterapkan dengan protokol kesehatan yang ketat dengan saling bersalaman ala tinju dan sikut, tiba-tiba berubah kikuk karena eyang lebih suka salaman berpegang telapak tangan, bahkan ingin memeluk erat anak-anak cucu-cucunya.

Eyang tidak paham soal penularan virus corona yang sangat menular itu, dan tidak peduli dengan ancaman itu. Anak-anak sempat mengingatkan eyang, namun tidak ada yang tak berani melarang. Alhasil, eyang, walaupun sudah memakai masker, tetap saja ingin berpelukan erat dengan cucu-cucunya.

Ada lagi sebuah majelis taklim, dimana sang guru selalu menyodorkan tangannya untuk bersalaman dengan seluruh jamaah. Siapa yang sanggup untuk menolak bersalaman dengan sang guru, walaupun paham itu berpotensi terjadi penularan. Siapa pula jamaah yang berani menceramahi sang guru soal bahaya bersentuhan telapak tangan bisa menularkan virus corona.

Dua contoh di atas sudah bukan rahasia umum terjadi di semua keluarga besar, dan terjadi di sejumlah pertemuan keagamaan. Semua menganggap sepele soal jaga jarak dan bersalaman, tetapi itu menjadi sebab mengapa kurva penularan virus yang berasal dari Kota Wuhan, China, itu di Indonesia tidak juga melandai.

Banyak pejabat, tokoh dan politikus yang menghadiri acara seremonial untuk menguatkan protokol kesehatan, seperti bagi-bagi masker dan handsanitizer, penyemprotan disinfektan, razia masker, razia kerumunan, pencanangan vaksinasi dan macam-macam lainnya.

Namun begitu mereka menggelar acara keluarga, mereka mulai menurunkan standar protokol dan mulai ewuh pakewuh atau sungkan untuk menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

Yang paling mudah ditemui soal abai protokol kesehatan adalah hajatan nikah dengan mengundang ratusan tamu di permukiman. Walaupun sudah disediakan alat cuci tangan, handsanitizer, dan tulisan wajib memakai masker, tetapi saat ada tamu yang dianggap terhormat abai atas aturan itu, siapa yang berani untuk melarang atau menegurnya. Ewuh pakewuh untuk tidak mempermalukan sang tamu, membuat ada toleransi yang tidak semestinya.

Banyak kasus penularan virus corona terjadi akibat abai penerapan protokol kesehatan saat ada pertemuan keluarga. Apalagi persentase orang tanpa gejala (OTG) lebih tinggi dibanding mereka yang bergejala, khususnya pada usia muda, sehingga tanpa sengaja mereka menularkan virus pada anggota keluarga yang lain.

Petugas survailans di sejumlah daerah juga mengakui kesulitan menelusuri jika yang melanggar ini komunitas keluarga yang jumlahnya tidak sebanding dengan tenaga survailans yang ada.

Hal ini menjadi salah satu sebab mengapa jumlah kluster keluarga semakin hari semakin meledak karena banyak yang tidak di-tracing secara akurat karena keterbatasan tenaga survailans. Sejumlah satgas di daerah sudah mulai mengakui kesulitan untuk mengendalikan kluster keluarga dan menjadi penyumbang yang dominan dalam kasus COVID- 19.

Berita Terbaru