Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Tumbuh Hasrat Untuk Belajar

  • Oleh Yohanes S Widada
  • 13 Mei 2016 - 20:46 WIB

BANGUNAN klinik untuk lansia dan  taman kanak-kanak yang berada di Jalan Purbakala itu tampak tak pernah sepi.  Padahal, sebelumnya, dua bangunan itu merupakan bangunan kosong, tak berfungsi. Bahkan,  karena tidak ada lampu, jika malam  keduanya juga gelap gulita.

Sejak tiga bulan silam,  kedua bangunan itu oleh Kepala Desa Sabuai, M Rusli, dipinjamkan kepada  PT Kalimantan Mitra Mandiri (PT KMM).  Dan sejak itu pula,  kedua bangunan  sederhana itu dimanfaatkan sebagai barak atau pos  PT KMM, yang akan bertindak sebagai konsultan sekaligus pendamping petani di desa itu.  

Sejak itu,  entah karena keingintahuan, entah karena penasaran, ataupun kesadaran,  setiap malam pos itu tidak pernah sepi. Tiga atau empat orang warga, selalu datang bertandang.  Ada yang mendiskusikan  soal pembibitan, pemupukan,  cara merontokkan gabah,  cara menyimpan gabah,  soal hama tikus, soal pembuatan minyak kelapa dan pemasarannya,  dan sebagainya.

Keruan saja, karena PT KMM menempatkan para petani muda kreatif dan berpengalaman,  maka diskusi  selalu berlangsung hingga tengah malam. Suasana ini berbeda dengan suasana pada umumnya anak-anak muda berkumpul, yang senantiasa ada kartu remi, catur, domino, gaple, musik  atau lainnya.    

'Kami sedang mendiskusikan  dan menghitung  biaya produksi minyak kelapa,' kata Hanjar, salah seorang anggota tim PT KMM.  Kebetulan warga desa yang datang berdiskusi itu ternyata salah seorang pengrajin  atau pengolah minyak kelapa. Mereka membuat minyak kelapa rumahan, yang dijual secara ala kadarnya.

Di Desa Sabuai,  terdapat beberapa pengrajin pembuat minyak kelapa. Mereka mengolah buah kelapa yang memang menjadi tanaman khas desa pantai ini.

Hanjar menjelaskan,  pohon kelapa yang tumbuh subur di pantai Sabuai menjadi modal yang penting dalam upaya meningkatkan kesejahteraan warga. Minyak kelapa yang dibuat secara tradisional,  dikenal dengan sebutan  Virgin Coconut Oil (VCO).  'Ini mahal, dan laku di pasar.  Jika mengolahnya benar, kualitasnya  baik,  mengemasnya  standar, pembelinya sudah menunggu,' lanjut Hanjar.

Gambaran itu,  membuat warga antusias.  Ingin terus mendengar, ingin terus belajar.  (*)

Berita Terbaru